REPUBLIKA.CO.ID, oleh Inas Widyanuratikah, Antara
Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman (LBME), Amin Soebandrio, menjelaskan, ada dua kemungkinan skenario puncak kurva penyebaran Covid-19 di Indonesia. Pertama adalah skenario cepat mencapai puncak, tetapi dengan jumlah kasus positif yang begitu tinggi. Kedua, skenario cukup lama mencapai puncak dengan jumlah kasus positif yang lebih rendah.
Amin menjelaskan, skenario pertama lebih cepat mencapai puncak dalam dua hingga tiga pekan mendatang. Namun, jumlah kasus positif akan tinggi sekali, berdasarkan prediksi yang ia baca mendekati 100 ribu kasus positif. Setelah itu, kasus diperkirakan akan turun tajam juga.
Walaupun demikian, skenario ini bisa berbahaya karena kapasitas rumah sakit dan kemampuan tenaga medis belum tentu bisa merawat 100 ribu orang dalam satu waktu. "Kita lupa bahwa dari data terakhir yang infeksi positif corona virus dengan PCR yang dirawat di rumah sakit sekitar 80 persen," kata dia.
Apabila mengasumsikan 80 persen masyarakat tersebut dirawat dalam kondisi jumlah kasus positif 100 ribu, ada 80 ribu orang yang harus dirawat. "Pertanyaannya, apakah fasilitas kesehatan kita siap?" kata Amin.
Ia membandingkan skenario yang disebut melandaikan kurva (flattening curve). Skenario ini tidak perlu mengharapkan mencapai puncak kurva cepat, tetapi yang penting puncaknya tidak terlalu tigggi.
"Barangkali dalam dua tiga pekan 10 ribuan jumlahnya, kita harapkan tidak lebih dari 15 ribu. Kalau puncaknya sejumlah itu dengan asumsi 80 persen dirawat di rumah sakit, berarti kebutuhan faskes itu sekitar 8.000-an. Jauh lebih rendah ketimbang kita mengharapkan puncaknya dua tiga pekan lagi," kata Amin menjelaskan.
Amin memperkirakan puncak kurva ini bisa terjadi akhir Mei atau awal Juni. Sedikit lebih lama, tetapi puncak yang terjadi tidak begitu tinggi. Ia juga menambahkan, skenario ini akan bisa berhasil dengan partisipasi masyarakat yang disiplin dalam pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Sebelumnya, dokter spesialis paru-paru Rumah Sakit (RS) Persahabatan Andika Chandra Putra menilai Indonesia sudah melewati fase inisiasi atau awal gelombang penyebaran pandemi Covid-19. Saat ini Indonesia memasuki fase akselerasi wabah tersebut.
"Jadi, kita (di Indonesia) ini fase inisiasi, fase awal," kata Andika melalui sambungan telepon di Jakarta, Rabu (15/4).
Setelah fase awal tersebut, Indonesia kemudian akan memasuki fase akselerasi, yang ditunjukkan dengan laporan kasus baru yang terus meningkat. Selanjutnya adalah fase puncak yang ditandai dengan jumlah laporan kasus paling tinggi dibandingkan sebelum dan sesudahnya.
Kemudian, seperti yang terjadi di beberapa negara lain yang mengalami gelombang kedua, Indonesia harus mencegah adanya gelombang kedua penyebaran virus SARS-CoV-2, penyebab penyakit Covid-19. Gelombang kedua tersebut, menurut dia, berdasarkan penemuan kasus di luar negeri ditandai dengan pengulangan kasus infeksi pada seseorang yang sebelumnya telah dinyatakan negatif dari virus berbahaya itu.
"Second wave itu saya lihat agak normal karena dalam satu pandemi kita tahu ada beberapa fase. Apalagi, ini pandemi yang sifatnya infeksi. Tentu ada risiko reinfeksinya bisa saja terjadi," katanya.
Prediksi BIN
Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal (Purn) Budi Gunawan optimistis pandemi Covid-19 akan memasuki fase ringan di Indonesia pada Juli. Syaratnya apabila semua pihak bersatu memerangi Covid-19.
"Kami yakin jika dilakukan bersama, insya Allah Juli sudah masuk pada fase yang ringan. Kami semua mohon doanya. Kami yakin penanganan bersama-sama ini membuat wabah Covid-19 ini bisa teratasi dengan baik," ujar Budi Gunawan, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu (22/4).
Menurut dia, untuk mengatasi pandemi Covid-19, diperlukan dukungan dari seluruh masyarakat, dengan bersatu melawan penyebaran corona. Budi mengaku optimistis banyaknya sukarelawan yang turun tangan, termasuk Relawan Indonesia Bersatu Lawan Covid-19, akan mempercepat penanganan pandemi tersebut.
Lebih lanjut, mantan wakil kepala Kepolisian Republik Indonesia ini menambahkan, Relawan Indonesia Bersatu Lawan Covid-19 telah melakukan langkah konkret dalam upaya memutus mata rantai penyebaran wabah. Salah satunya dengan melakukan 10 ribu rapid test yang digelar di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta.
Selain itu, sukarelawan juga menyemprotkan disinfektan di wilayah-wilayah yang telah ditetapkan sebagai zona merah. Mereka juga memberikan bantuan berupa laboratorium mobile di wilayah-wilayah tersebut.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir pun berharap bangsa Indonesia bisa melewati pandemi Covid-19 dengan baik. "Insya Allah kita bisa melewati pandemi Covid-19 dengan baik karena solidaritaslah yang menguatkan kita," kata Erick Thohir dalam akun resmi Instagram-nya yang dikutip di Jakarta, Kamis (23/4).
Menteri BUMN juga mengajak kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk bersabar, tetap semangat, dan menjaga kesehatan selama menghadapi pandemi Covid-19 saat ini. "Bersama dan bersabar, tetap semangat, dan jaga kesehatan" ujar Erick Thohir.
Pada Rabu (22/4), terjadi penambahan pasien terkonfirmasi positif Covid-19 sebanyak 283 orang dalam 24 jam. Artinya, total pasien positif Covid-19 di Indonesia sebanyak 7.418 orang.
Selain itu, terjadi penambahan pasien yang sembuh sebanyak 71 orang sejak Selasa (21/4) sampai Rabu (22/4) sehingga jumlah pasien sembuh sampai saat ini sebanyak 913 orang. Di sisi lain, terdapat penambahan pasien yang meninggal dunia sebanyak 18 orang dalam satu hari terakhir.
Jumlah pasien Covid-19 yang meninggal dunia sampai saat ini sebanyak 635 orang. Artinya, rasio kematian terhadap jumlah keseluruhan pasien positif Covid-19 di Indonesia sebesar 8,56 persen.