REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Sedih sudah pasti dirasakan para pengajar Alquran di manapun termasuk Malang. Pandemi Covid-19 yang tak kunjung berakhir menyebabkan partisipasi santri mengaji menurun. Namun hal ini dapat dipahami mengingat keberadaan virus tersebut cukup membahayakan kesehatan masyarakat.
Joffa Safik Bijaya adalah satu dari sekian pengajar Alquran yang tetap beraktivitas di tengah pandemi Covid-19. Ia menggunakan sejumlah langkah antisipatif dalam menjalankan kegiatan mengajinya. Dalam hal ini seperti cuci tangan menggunakan hand sanitizer sebelum masuk mushola.
"Dan untuk yang merasa sakit, kita suruh libur dulu," kata pria lulusan Universitas Brawijaya (UB) Malang ini kepada Republika, Senin (20/4).
Dibandingkan sebelumnya, Joffa mengaku, jumlah santri yang mengaji terus menurun. Berdasarkan perhitungannya, jumlah santri yang tidak masuk mencapai 20 persen. Sebagian besar dari mereka memang tidak diizinkan mengaji terlebih dahulu oleh keluarganya.
"Harapannya sih semoga pandemi virus corona bisa cepat hilang sehingga bisa menjalankan sistem sebelumnya, dan anak bisa masuk kembali serta mendapat dukungan orang tua," jelas Joffa.
Joffa mengaku keterlibatannya dalam kegiatan mengajar Alquran telah digelutinya sejak kelas enam SD. Kegiatan ini terus berlanjut sampai duduk di bangku kuliah. Aktivitasnya kala itu dilaksanakan di rumah setelah sholat Maghrib sampai Isya.
Saat Joffa mulai magang dan bekerja di salah satu perusahaan, aktivitas mengajar mengaji Alqurannya pun berhenti. Namun tak lama setelah itu, dia kembali diajak gurunya untuk terlibat dalam pengajian. Kegiatan mengajinya saat ini dilaksanakan di salah satu mushala area Singosari, Kabupaten Malang setelah sholat ashar.
Tak ada biaya dari kegiatan yang dilakukan Joffa. Pria berusia 26 tahun tersebut tidak memiliki keinginan untuk memungut bayaran. Ia sekedar ingin membantu masyarakat yang hendak belajar mengaji Alquran.