Trump tentu tidak mau disalahkan, terutama oleh rakyatnya sendiri pada tahun pemilihan ini. Ia harus mencari kambing hitam. Dan, yang menjadi tertuduh adalah Cina, yang dianggap sebagai pihak yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada dunia.
Tanpa ragu ia menyebut Covid-19 sebagai virus Cina. Yang terakhir ini, menurut Trump, telah menyembunyikan awal mula penyebaran corona dan tidak segera mengambil langkah pencegahan.
Misalnya, dengan melarang warganya mening galkan provinsi yang terkena dampak, yang meru pa kan salah satu provinsi terbesar dan menjadi pusat ekonomi serta terhubung dengan bagian dunia lainnya. Cina juga dianggap telah menyembunyikan kebenaran tentang orang pertama yang terpapar corona di pasar penjualan ikan dan daging di Wuhan pada hari pertama tahun baru, sementara dunia sedang merayakan tahun baru.
Kedua, Trump merupakan presiden yang egonya tinggi, bahkan sebelum bersinggasana di Gedung Putih. Karena itu, tidak mengherankan bila dia menarik diri dari delapan perjanjian internasional, di mana Amerika merupakan pihak yang terlibat aktif. Artinya, Trump adalah pemimpin yang menganggap remeh keberadaan organisasi-organisasi internasional. Dan, WHO merupakan korban terakhirnya.
Pada kenyataannya Trump tidak mungkin tidak bersalah dalam kasus corona, terutama yang menyebar di AS. Penasihat Perdagangan Presiden Trump, Peter Navarro, pada akhir Januari memperingatkan Gedung Putih bahwa corona yang mun cul di Cina akan menjadi pandemi yang meluas di Amerika. Ia pun menyerukan penutupan negara itu, terutama jalur transportasi udara dan laut dengan Cina. Namun, Presiden Trump meremehkan peringatan itu dan tidak berbuat apa-apa.
Pada akhir Februari, Navarro kembali membuat memo dan mengingatkan kepada Trump ada kemungkinan 100 juta warga Amerika terinfeksi Covid-19 dan 1,2 juta orang berisiko meninggal dunia bila virus itu menyebar. Ia juga mengingatkan kurangnya peralatan medis untuk menghadapi wabah itu. Namun, Trump tetap menganggap remeh dan baru bertindak serius setelah pertengahan Maret.
Karena itu, Presiden Trump boleh saja menuduh Cina telah bertindak tidak objektif terkait wabah corona. Ia juga boleh saja mengatakan WHO berkomplot dengan Cina.Tentu saja pendapat Trump ini perlu diselediki lebih jauh. Adapun, yang jadi pertanyaan, bukankah Trump adalah pemimpin negara super power, yang badan intelijennya paling canggih di dunia, yang bisa mengendus seluruh pergerakan berbagai negara, baik udara, darat, maupun laut? Serapuh itukah intelijen Amerika?
Dan, kegaduhan itu akan bertambah sengit ketika masing-masing didukung oleh blok-blok negara. Seperti terjadi sekarang ini, tuduhan Trump didukung oleh Inggris, sementara bantahan Cina didukung oleh Rusia. Negara-negara lain akan menyusul bergabung dalam blok-blok itu, sesuai kepentingan.