Ahad 19 Apr 2020 23:40 WIB

Stasiun Geofisika Banjarnegara Catat Sembilan Gempa

Stasiun Geofisika Banjarnegara catat sembilan gempa di Jawa Tengah.

Ilustrasi gempa di Indonesia
Ilustrasi gempa di Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Stasiun Geofisika Banjarnegara, Jawa Tengah mencatat sembilan kejadian gempa di wilayah provinsi.

"Berdasarkan monitoring yang dilakukan Stasiun Geofisika Banjarnegara, tercatat ada sembilan kejadian gempa di wilayah Jawa Tengah dan provinsi di sekitarnya pada periode 10-16 April 2020," kata Kepala Stasiun Geofisika Banjarnegara (BMKG Banjarnegara) Setyoajie Prayoedhi di Banjarnegara, Ahad (19/4).

Dia menerangkan dari sembilan gempa tersebut, satu kejadian berlokasi di Wonosari, dua di Pacitan, satu di Puger, satu di Blambangan, satu di Turen, satu di Parangtritis, satu di Malang, serta satu di Situbondo.

Dia menambahkan sembilan kejadian gempa tersebut tercatat memiliki kedalaman dangkal, yakni di bawah 60 kilometer. "Pada periode ini tidak terdapat gempa dengan kedalaman menengah," katanya.

Dari sembilan kejadian gempa tersebut, kata dia, lima kejadian diantaranya memiliki magnitudo kurang dari 3, sementara empat kejadian lainnya memiliki magnitudo antara 3 hingga 5.

"Pada periode ini terdapat satu gempa yang dirasakan, yaitu pada Selasa (14/4) yang berlokasi pada 32 kilometer arah Tenggara Pacitan, Jawa Timur, yang merupakan jenis gempa akibat aktivitas sesar lokal," katanya.

Dia mengatakan pihaknya akan terus melakukan pemutakhiran data secara berkala terkait kejadian gempa dan akan menginformasikannya kepada masyarakat agar mereka dapat menerima dan mengetahui informasi secara berkala mengenai kejadian gempa.

Ia mengatakan bahwa daerah Selatan Jawa merupakan daerah yang memiliki seismisitas aktif. Hal ini disebabkan karena Selatan Jawa merupakan daerah pertemuan lempeng tektonik dimana lempeng Indo-Australia mensubduksi lempeng Eurasia

Pada umumnya, lanjutnya, gempa yang terjadi di wilayah ini berpotensi dirasakan dan merusak apabila magnitudonya semakin besar dan memiliki kedalaman dangkal.

Dengan memahami adanya sumber-sumber gempa dan potensi kebencanaan di wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya, kata dia, masyarakat dapat mengetahui dan memperkuat upaya mitigasi bencana minimal untuk diri sendiri.

"Selain itu, perlu menggali informasi secara mandiri dari sumber terpercaya (BMKG) merupakan langkah yang paling tepat, sehingga kita dapat terhindar dari hoaks, bahkan bisa mengedukasi sesama," katanya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement