Ahad 19 Apr 2020 04:28 WIB

Benarkah Anarko Mampu Bikin Kerusuhan?

Polisi seolah meyakini kelompok Anarko ini punya kemampuan melakukan aksi besar.

Bayu Hermawan
Foto: dok. Pribadi
Bayu Hermawan

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Bayu Hermawan*)

Di tengah kekhawatiran masyarakat akan pandemi virus corona (Covid-19), serta ramainya pemberitaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), masyarakat dibuat kaget dengan muncul berita kelompok Anarko Sindikalis. Kelompok ini disebut merencanakan aksi penjarahan di wilayah Pulau Jawa. Sungguh sebuah berita yang membuat bergidik sekaligus mengherankan.

Kabar kelompok Anarko Sindikalis akan melakukan aksi ‘besar’, berawal dari penangkapan sekelompok anak muda. Mereka ditangkap lantaran membuat tulisan-tulisan bernada provokatif.

Di satu sisi, langkah kepolisian yang bertindak cepat layak untuk diapresiasi, namun di sisi lain, entah apa yang membuat polisi langsung percaya. Polisi dengan mudah menyampaikan bahwa kelompok ini telah matang akan melakukan aksi besar mereka. Khususnya di Jawa, lebih khusus lagi di wilayah Jabodetabek, tempat anak-anak muda itu ditangkap,

Tidak dipungkiri jika gerakan kelompok anarkisme masih ada di dunia, meski banyak yang menilai mengalami kemunduran. Saya tak mau terlalu panjang berbicara sejarah atau apa itu anarkisme, karena mungkin ada semua sudah lebih tahu dan paham. Namun sedikit saja, disinggung bahwa filosofi tentang anarkisme telah ada sejak abad ke-17, dimana Gerald Wistanle dan William Godwin merupakan dua tokoh yang memperkenalkan filsafat anarkisme.

Filsafat politik anarkisme semakin menarik perhatian pada abad ke-19. Di antara banyak tokoh, nama Pierre Joseph Proudhon dan Michael Bakuni menjadi yang paling populer. Keduanya punya kesamaan yakni menekankan pada kelompok pekerja atau buruh. Keduanya pun punya perbedaan dalam mencapat tujuan. Proudhon lebih memilih jalan damai dan menghilangkan kesan anarkisme sama dengan kekerasan, sementara Bakuni menilai kekerasan bisa saja dilakukan untuk mencapai suatu tujuan. Lalu apa itu Anarko Sindikalis?

Anarko Sindikalisme merupakan salah satu varian dari beberapa varian-varian anarkisme. Rudolf Rocker merupakan tokoh yang paling terkenal dalam kelompok anarko sindikalisme. Varian Anarko Sindikalisme sebenarnya lebih sangat dekat dengan massa buruh. Sebab, Rocker memang menekankan pemikirannnya pada gerakan buruh, agar mereka mampu mewujudkan suatu perubahan sosial secara revolusioner dan tentu saja kapitalisme merupakan musuh utama anarko sindikalisme.

Kembali ke kelompok pemuda yang ditangkap oleh polisi. Jika menganggap membuat coret-coretan di dinding, fasilitas umum, toko-toko atau manapun adalah sebuah tindakan anarkisme, maka saya tidak setuju. Mungkin lebih tepat aksi tersebut dikatakan sebagai vandalisme. Sayangnya, kita terlalu lama mengunakan anarki atau anarkisme untuk sesuatu tindakan buruk. Padahal belum tentu si pencorat-coret seorang anarkhis. 

Isi tulisan-tulisan yang dibuat oleh pelaku, belum tentu bisa juga disimpulkan kelompok anarkis. Sebelum ini, tentu kita sering melihat grafiti-grafiti di tembok-tembok yang berisi kritik sosial. Salah satu tempat yang paling membuat saya senang melihat grafiti kritik sosial adalah di Kota Yogyakarta, yang menurut saya sangat kreatif, dalam dan mengena. Jadi rasanya bukan cuma kelompok anarkis yang menyuarakan kritik sosial melalui coretan, grafiti maupun mural di tembok-tembok kota.

Kemudian, kabar kelompok yang katanya Anarko Sindikalis ini mau menjarah Pulau Jawa, memang menakutkan namun sekaligus mengherankan. Seingat saya, atau berdasarkan apa yang saya baca (mohon maaf bila saya salah...), kelompok anarko sindikalis belum pernah melakukan aksi penjarahan. Benar, kelompok anarkis pernah  melakukan kekerasan, namun bukan terhadap rakyat, tetapi lebih kepada lawan politik seperti yang dilakukan Bakuni beberapa abad lalu.

Aksi penjarahan atau kerusuhan massa pada masa seperti pandemi Covid-19 saat ini, rasa-rasanya bisa ditunggangi oleh berbagai kelompok. Hal itu bisa terjadi dengan memanfaatkan kondisi masyarakat yang semakin tertekan akibat dampak dari Covid-19. Yang musti dikhawatirkan bukan hanya kelompok-kelompok yang katanya Anarko Sindikalis, namun juga di luar itu, pihak-pihak yang bisa memprovokasi masyarakat. Contoh, jika tidak adil pembagian sembako saja bisa menimbulkan kerusuhan, padahal mungkin mereka yang berbuat rusuh tidak pernah merasa sebagai seorang anarkis, namun lebih karena terdesak kebutuhan hidup sehari-hari.

Sekali lagi bukan tidak percaya dengan pihak kepolisian, atau menyepelekan hal ini, tetapi semoga tingkah laku kelompok pemuda di atas, tidak menimbulkan efek buruk di kemudian hari. Khususnya pada kebebasan publik dalam membaca, berpikir, berpendapat dan mengkritisi kondisi negara.

Jangan sampai, hanya karena kelompok pemuda yang mengaku Anarko Sindikalis, ada razia buku, hanya karena buku-buku itu dijadikan barang bukti yang disita polisi dari kelompok tersebut. Membaca buku karangan Tan Malaka bukan berarti seseorang radikal, begitu juga membaca buku karangan Tere Liye.

Begitu juga jangan sampai besok-besok ada penangkapan terhadap orang yang memakai baju bergambar atau bertulisan huruf 'A' dalam lingkaran, karena mungkin saja huruf 'A' itu bukan singkatan dari Anarkisme, tetapi bisa saja singkatan dari kata 'Ayang' atau 'Ayah', sekali lagi memakai baju bertulisan huruf 'A' atau bahkan punya tatto bertuliskan huruf 'A' bukan berarti kelompok Anarko Sindikalis dan antipemerintah.  Sama seperti halnya mengkritisi pemerintah bukan berarti bagian dari kelompok Anarkisme, justru bukan tidak mungkin dibalik kritik yang disampaikan ada rasa sayang terhadap negara.

Kinerja kepolisian kita apresiasi, tetapi ada baiknya pihak kepolisian tidak langsung mudah menyampaikan kabar-kabar yang membuat masyarakat takut. Cukuplah masyarakat sudah khawatir dan resah memikirkan kapan pandemi Covid-19 ini berakhir.

Dan yang terpenting, saat ini aparat keamanan juga harus tegas menindak mafia bahan pagan, mafia alkes, mafia obat-obatan dan segala hal yang menyulitkan kehidupan masyarakat di tengah pandemi Covid-19. Terakhir, untuk kita semua, tetap ikuti imbauan pemerintah dalam mencegah penyebaran Covid-19, yakinlah wabah ini pasti berlalu.

*) penulis adalah jurnalis republika.co.id

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement