REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Pandemi coronavirus disease 2019 (Covid-19) tak hanya berdampak pada masalah kesehatan. Sektor ekonomi pun terganggu akibat wabah itu, termasuk juga usaha mikro kecil menengah (UMKM).
Sejak adanya imbauan pemerintah untuk mengurangi aktivitas di luar rumah, sejumlah usaha mengalami penurunan omzet. Salah satunya, kerajinan kulit di sentra kerajinan kulit di Sukaregang, Kabupaten Garut.
Kendati demikian, pandemi corona tak membuat perajin kulit di Kabupaten Garut berhenti berivonasi. Salah satu inovasi yang dilakukan perajin kulit di Garut ketika pandemi Covid-19 adalah membuat masker berbahan kulit sapi.
Salah satu perajin kulit di Sukaregang yang berinovasi dengan membuat masker kulit adalah Sanjay Muhamad Ahsan (32 tahun). Ia mengaku membuat masker sejak dua pekan lalu lantaran sedang sepi pesanan sejak adanya wabah corona.
"Awalnya dari iseng-iseng pas kemarin wabah corona, usaha kan pada sepi. Saya coba-coba buat masker kulit," kata dia saat dihubungi Republika, Kamis (16/4).
Sanjay membuat masker kulit itu hanya untuk dipakai sendiri. Sebab, pemerintah mengeluarkan kewajiban agar masyarakat menggunakan masker ketika keluar rumah.
Menurut dia, menggunakan masker kain sudah terlalu biasa. Karena itu, ia mencoba membuat masker kulit.
"Jadi luarnya dari kulit tapi dalamnya pakai kain yang bisa diganti. Di samping buat melindungi udara, juga bisa buat style," kata lelaki yang telah menjadi perajin kulit sejak 2006 itu.
Sejak menggunakan masker itu, Sanjay menerima respon yang baik dari pasar. Para pedagang kulit di Sukaregang memesan. Sanjay yang tadinya sepi pesanan akhirnya kembali mendapat kerjaan.
Dalam satu hari, ia mengaku dapat membuat 12 buah masker kulit. Itu pun dibuat hanya untuk toko-toko yang memesan. Ia belum menyanggupi untuk membuat lebih banyak dari itu.
"Nyediain buat stok juga dikit, soalnya yang pesenan banyak juga. Ada terus pesanan," kata dia.
Saat ini, Sanjay hanya membuat masker kulit untuk toko yang memesan. Satu masker dijual dengan kisaran harga Rp 70-120 ribu. Karena bahannya dari kulit asli.
Ia mengatakan, bahan baku kulit selama ini tidak sulit didapatkan. Karena banyak stok yang masih belum terjual di tempat penyamakan kulit. "Tapi selama ini hanya pesanan tidak ada. Sejak masker saja baru naik lagi, karena orang juga perlu," kata dia.
Snajay mengatakan, inovasi masker akan terus dilakukan selama pesanan masih tinggi. Jika keadaan membaik, ia akan kembali membuat kerajinan dompet, tas, id card, dan souvenir, dari kulit.
"Kalau sekarang, orderan itu sepi karena banyak kantor yang tutup," kata dia.