Kamis 16 Apr 2020 14:45 WIB

Kemenparekraf Siapkan Program Lauk Kering Bantu UMKM

Program ini untuk membantu UMKM yang terimbas Covid-19.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio.
Foto: Antara/Muhammad Iqbal
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) akan meluncurkan program lauk kering. Ini menjadi salah satu program untuk membantu usaha sektor pariwisata, khususnya usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang terimbas Covid-19.

"Kami juga menyiapkan lauk siap saji, lauk kering seperti dendeng, abon, biar awet dan sebagainya, itu program untuk membantu pariwisata," kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Wishnutama Kusubandio di kantornya di Jakarta, Kamis (16/4).

Wishnutama mengatakan hal tersebut seusai mengikuti rapat terbatas dengan tema "Mitigasi Dampak Covid-19 terhadap Sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif" melalui konferensi virtual yang dipimpin Presiden Joko Widodo.

Menurut Menparekraf, program tersebut merupakan bagian dari realokasi anggaran Kemenparekraf sebesar Rp 500 miliar. Realokasi, kata Wishnutama, hanya untuk masa sekarang tanggap darurat. "Beberapa sudah kami jalankan seperti mempersiapkan hotel-hotel di Jabodetabek untuk tenaga medis, tapi ini bukan hal yang sederhana karena SOP kesehatan dari Kemenkes dan WHO harus tetap dipenuhi," kata dia.

Menurut Menparekraf, hotel-hotel tersebut harus sanggup memenuhi persyaratan kesehatan agar jangan sampai malah menimbulkan masalah baru seperti menyebabkan petugas medis sakit. Ada juga beberapa aktivitas lainnya seperti melakukan gerakan masker kain. "Itu juga memberdayakan UMKM, kami targetkkan dalam waktu dekat mencapai satu juta masker kain, ini yang dilakukan," ujarnya.

Wishnutama mendorong pemerintah daerah untuk ikut bekerja sama karena anggaran Kemenparekraf terbatas dan mengalami penyesuaian anggaran. Untuk APBN 2020 anggaran Kemenparekraf yang tadinya Rp 4,477 triliun berkurang menjadi Rp 4,269 triliun atau berkurang Rp 207,469 miliar.

Menurut dokumen presentasi Kemenparekraf kepada Komisi X DPR pada 6 April lalu melalui rapat konferensi jarak jauh, 34 provinsi telah menutup destinasi wisatanya sejak pertengahan Maret. Sejumlah maskapai pun membatasi penerbangannya, seperti Lion Air yang telah memangkas rute perjalanan dari Denpasar, Manado, Surabaya, Jakarta, dan Batam ke China pada 26 Maret. Bahkan Air Asia menutup semua rute penerbangan domestiknya sampai Juni 2020.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) per 1 April menyatakan, kunjungan wisatawan mancanegara melalui jalur udara menurun dari 838.978 orang pada Desember 2019 menjadi 796.934 pada Januari 2020. Merosot lagi menjadi 558.892 pada Februari.

Bali tercatat menutup semua tempat wisata dan hiburan demi mencegah penyebaran Covid-19. Keputusan ini berdasarkan Surat Edaran Pemprov Bali per 20 Maret. Delapan Pemerintah Kabupaten atau Kota di Bali telah lebih dulu menutup destinasi wisatanya mulai 18 Maret.

Larangan negara-negara dunia kepada penduduknya untuk melakukan perjalanan juga membuat pariwisata di Bali merosot. Penurunan mulai dirasakan mulai Februari.

Hingga Rabu (15/4), jumlah positif Covid-19 di Indonesia mencapai 5.136 kasus dengan 446 orang dinyatakan sembuh dan 469 orang meninggal dunia dengan jumlah Pasien Dalam Pengawasan (PDP) mencapai 11.165 orang dan Orang Dalam Pemantauan (ODP) berjumlah 165.549 orang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement