REPUBLIKA.CO.ID, PAPUA -- Persoalan yang melibatkan TNI-Polri di Papua kembali terjadi. Namun, masalah bentrokan sesama instansi keamanan pemerintah itu belum usai, muncul masalah baru. Yakni, adanya dugaan dua warga sipil di Kwamki Narama, Mimika, Papua, yang tewas tertembak oleh aparat.
Dari informasi yang Republika terima, terdapat dua orang warga sipil yang tewas tertembak ketika hendak memancing di area Mile 34 pada Senin (13/4) lalu. Keduanya diduga tewas tertembak oleh aparat keamanan yang bertugas dalam operasi penindakan dan penegakkan hukum kelompok kriminal separatis bersenjata (KKSB)
Akibat dari kejadian tersebut, keluarga kedua korban berdemo di halaman Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Mimika. Mereka tak terima keluarganya disebut sebagai anggota KKSB dan menyatakan protes terkait kejadian penembakan tersebut.
Terkait kejadian tersebut, Panglima Kodam (Pangdam) XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI Herman Asaribab, menyatakan, pihaknya akan melaksanakan investigasi. Dengan begitu, kejadian yang sebenarnya terjadi dapat diketahui dan dapat dilanjutkan sesuai dengan proses hukum yang berlaku.
"Kita ada juga petugas yang ditunjuk melaksanakan investigasi sehingga bisa kita mengetahui dan ada proses-proses hukum yang berjalan," ujar Herman di RSUD Mimika, Mimika, Papua, Selasa (14/4).
Dia mengatakan, pihaknya akan bersinergi dengan Polri serta jajaran pemerintahan setempat untuk mengambil langkah yang diperlukan ke depan. Hari ini, Herman, Kapolda Papua, beserta pihak-pihak terkait menemui masyarakat yang berdemo di RSUD Mimika. Herman menyampaikan duka cita atas kejadian tersebut.
Di samping itu Kapolda Papua, Irjen Pol Paulus Waterpauw, menjelaskan alasan penempatan satuan tugas di wilayah Papua. Menurutnya, situasi dan kondisi keamanan di Papua memang sedang kurang baik. Ada kelompok bersenjata yang terus melakukan kekerasan secara masif kepada aparat dan objek-objek vital di sana.
"Sehingga, itulah kami harus menempatkan satuan-satuan tugas untuk menjaga masyarakat, melindungi masyarakat, termasuk juga ada proyek objek-objek vital," ujar Paulus.
Dia juga mengatakan, aparat keamanan terkadang merasa sulit membedakan kelompok-kelompok yang berseberangan dengan mereka karena situasi yang begitu terbuka.
Menurut Paulus, kehadirannya bersama dengan Pangdam dan jajaran terkait di RSUD Mimika adalah sebagai langkah penanganan permasalahan yang terjadi kemarin itu, yakni penyampaian duka cita dan mempersiapkan proses pemakaman kedua almarhum.
"Saya pikir itu, hal-hal yang berkaitan dengan berbagai pandangan, persepsi. Saya pikir itu nanti kita akan jawab sama-sama setelah proses pemakaman daripada kedua almarhum," ujar dia