REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Di tengah pandemi Corona (Covid-19), himbauan untuk tetap #DiRumahAja atau bekerja di rumah (Work from Home) terus digalakkan. Namun ternyata berdiam di rumah dalam rangka karantina diri memiliki dampak negatif yang bisa merusak keutuhan rumah tangga.
Fakta yang terjadi di China, tempat virus ini pertama kali menyebar, menunjukkan angka perceraian meningkat. Hal ini disinyalir karena pasangan menghabiskan waktu terlalu lama selama karantina virus Corona memicu pertengkaran-pertengkaran di dalam rumah tangga.
Tentu kejadian tersebut diharapkan tidak terjadi di rumah tangga masyarakat Indonesia. Dr Herien Puspitawati, selaku Ketua Divisi Ilmu Keluarga, Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia IPB University turut menyoroti hal ini.
“Keharmonisan pasangan suami istri tidak akan datang begitu saja, melainkan diwujudkan melalui perjuangan, pengorbanan, upaya dan doa,” ujar Dr Herien dalam rilis yang diterima Republika.co.id.
Ada beberapa tips yang Dr Herien bagikan untuk menjaga keharmonisan perkawinan di tengah pandemi Covid-19 ini. Pertama, pasangan harus memantapkan komitmen. Komitmen perkawinan adalah janji kontrak kerjasama dunia akhirat antara suami dan istri. Di saat bencana Covid-19 seperti ini, komitmen perkawinan diuji kekuatannya. Oleh karena itu suami istri harus benar-benar menjaga dan melaksanakan komitmen yang diucapkan di depan Tuhan.
“Sehati-Sepikiran, We are One. Suami dan istri ibarat satu kesatuan pasangan baik secara lahir maupun batin. Suami dan istri harus kompak dalam menghadapi berbagai macam cobaan dan bencana. Sehati dalam menjalani hidup sehari-hari dan sepikiran dalam bertindak. Menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing,” paparnya.
Tips selanjutnya adalah kemitraan seimbang. Perkawinan adalah semacam bisnis, begitu kata teori. Suami istri adalah mitra dalam bisnis yang mempunyai hak dan kewajiban seimbang. “Ibaratnya, beban sama-sama dipikul dengan pembagian peran, tugas atau fungsi secara seimbang,” tuturnya.
Ia mengemukakan, saat work from home, suami dan istri membagi waktu dan aktivitas dengan saling mendukung atau membantu pekerjaan rumahtangga, termasuk dalam mendampingi anak-anak yang juga study from home. Selain itu, perlu keterbukaan dalam berkomunikasi.
Keterbukan dalam berkomunikasi merupakan cara yang cepat untuk mewujudkan tujuan bersama keluarga. Istilahnya, ‘Tiada dusta di antara kita’, dilakukan melalui komunikasi yang terbuka untuk menjaga keutuhan perkawinan.
"Pengambilan keputusan yang tepat dilakukan melalui komunikasi yang terbuka, baik aspek keuangan, pendidikan anak dan penetapan perencanaan keluarga lainnya,” ujarnya.
Tips terakhir, menurut Dr Herien, adalah sering-seringlah memuji dan menenangkan pasangan. Saat work from home, suami istri tinggal terus-menerus sepanjang hari selama berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Hal ini memungkinkan perilaku positif maupun negatif muncul.
“Perbanyak saling memuji dan menenangkan pasangan. Perbanyak ucapan sayang dan segera minta maaf apabila pasangan kurang berkenan. Kesabaran sangat dibutuhkan dalam melanggengkan keharmonisan perkawinan di saat bencana seperti ini. Jangan sampai bencana Covid-19 berlalu, bencana perkawinan menunggu,” ujarnya.