REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kebutuhan terhadap hasil diagnosis laboratorium yang cepat dan akurat sangat diperlukan dalam kondisi pandemik Covid-19. Sebab, makin cepat terdiagnosis pasien lebih cepat teridentifikasi dan mendapat penanganan.
Pelacakan kepada Orang Dalam Pemantauan (ODP) dan tindakan karantina penting untuk mencegah penyebaran virus. Prasyarat sebuah lab agar bisa memeriksaan sampel Covid-19 memiliki standar level BSL-2 plus (bio safety lab).
Sesuai Keputusan Menkes Nomor HK.01.07MENKES/182/2020 tentang Jejaring Lab Pemeriksaan Covid-19, di DIY cuma Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit DIY yang bisa melakukan diagnosis Covid-19.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kemenkes, Siswanto, turut menyampaikan keterbatasan kapasitas lab yang sudah ditunjuk tes diagnosis Covid-19. Penyebabnya, meningkatnya jumlah kasus Covid-19.
Keterbatasan lantaran pula meluasnya definisi individu yang perlu diperiksa agar mampu menghentikan transmisi penyakit di populasi. Maka, pemerintah meminta universitas dapat berperan dalam pemeriksaan sampel Covid-19.
Untuk itu, Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta melakukan identifikasi lab yang memenuhi kriteria. Hasilnya, terdapat dua lab yang memenuhi syarat-syarat BSL-2 plus.
Ada Diagnostik Yayasan Tahija (WMP Yogyakarta) dan Laboratorium Mikrobiologi FK-KMK UGM. Ketua Yayasan Tahija Trihadi, Saptoadi menyampaikan, selama kondisi krisis sekarang ini mereka memberi izin pemanfaatan laboratorium.
"Untuk mendukung pengendalian pandemik Covid-19 di DIY dan sekitarnya, kami dari ingin memberikan upaya-upaya terbaik dalam penanganan Covid-19 ini," kata Saptoadi, Selasa (7/4).
Peneliti Pendamping WMP Yogyakarta dan Direktur Pusat Kedokteran Tropis FK-KMK UGM, Riris Andono Ahmad menuturkan, selama ini lab diagnostik digunakan untuk mendukung studi Aplikasi Wolbachia untuk Eliminasi Dengue (AWED) WMP.
Tapi, di masa pandemi ini, proses rekrutmen pasien dan screening sampel entomologi telah dihentikan. Donnie menekankan, lab diagnostik sudah siap berdasarkan permintaan Balitbangkes dan melihat kemampuan laboratorium.
"Mulai 7 April 2020 dua lab diagnostik Yayasan Tahija yang berlokasi di FK-KMK UGM mulai sepenuhnya digunakan untuk screening sampel Covid-19," ujar Donnie.
Dalam menangani tes sampel Covid-19, Donnie menjelaskan, per 7 April 2020 lab dapat sepenuhnya melakukan ekstraksi RNA sampel Covid-19 sebanyak 160 sampel pasien per hari. Dengan qPCR dilakukan pada hari yang sama.
Menurut Donnie, dalam satu pekan sampel yang dilakukan skrinning sebanyak 800 sampel dengan hasil yang dapat diperoleh 24-48 jam sejak diproses. Lab telah mendapat sertifikasi BSL-2 plus dari Biohaztech Singapore dua kali.
Kemudian, lab ini memiliki dua unit mesin qPCR (Roche-Lightcycler 480 II) dengan kondisi baik dan selalu dilakukan pemeliharaan rutin. Lab miliki satu orang lab senior dan tiga orang staf lab yang tersertifikasi GCLP dan GCP.
"Ke depan, kami berharap kerja sama Balitbangkes dengan UGM dan Yayasan Tahija bisa berjalan dengan baik dan pengendalian penularan infeksi Covid-19 bisa berjalan secara efektif," kata Donnie.