REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor berupaya memperhatikan kebutuhan tenaga medis di Kota Bogor. Dalam waktu dekat, Pemkot Bogor akan meminta fasilitas kepada Kementrian Pertanian (Kementan) untuk dapat memanfaatkan sejumlah fasilitas sebagi wisama bagi tenaga medis.
Wakil Walikota Bogor, Dedie A. Rachim mengaku sudah melakukan koordinasi dengan Kepala Litbangtan. Dedie menuturkan, wisma itu dapat dipergunakan tempat tinggal bagi tenaga medis yang bekerja di sejumlah rumah sakit di Kota Bogor.
"Kami minta fasilitas yang ada di Litbang Kementrian Pertanian di Kota Bogor bisa dimanfaatkan untuk menampung tenaga medis yang tidak kembali ke rumah tetapi berada di area RSUD, RS Marzuki Mahdi dan area rumah sakit yang lain untuk bisa mendapatkan wisma milik Kementan," kata Dedie, Senin (6/4).
Dedie menjelaskan, tenaga medis disarankan untuk tidak pulang ke rumah. Pasalnya, mereka cukup rentan terhadap persebaran Covid-19 usai menagani pasien.
"Memang mereka (tenaga medis) seharusnya tidak boleh pulang ke rumah karena berbahaya," ucap Dedie.
Selain itu, pihaknya akan memberikan fasilitas lain kepada tenaga medis. Di antaranya memenuhi kebutuhan sehari-hari bagi tenaga medis, berupa makanan dan juga uang insentif.
Namun, dia mengatakan, masih menyiapkan anggaranya. Sebab, di APBD Kota Bogor belum ada dana yang dikhususkan untuk kebutuhan tersebut. "Akan ada insentifnya, saat ini sedang dihitung jumlahnya dan berapa jumlah tenaga medis yang menangani kasus Covid-19," ujar dia.
Anggota Komisi IV DPRD Kota Bogor, Ahmad Saeful Bakhri mengatakan, tenaga medis menjadi garda terdepan dalam penanganan Covid-19. Dia menyampaikan dukungannya terhadap pemberian intensif dan pembuatan wisma bagi tempat tinggal sementara tenaga medis.
Saeful mengakui penyebaran virus corona di Kota Bogor terus meningkat setiap harinya. Berdasarkan dara terakhir dari Dinas Kesehatan Kota Bogor, tercatat terdapat 763, orang dalam pemantauan (ODP), 77 pasien dalam pemantauan (PDP) dan 41 orang dinyatakan positif.
Jumlah meninggal dunia sebanyak 24 orang dengan rincian 17 PDP dan 7 positif Covid-19. Karena itu, dia menyatakan petugas medis di Kota Bogor harus bekerja keras melawan Corona. "Mereka ini langsung bersentuhan dengan pasien. Jadi kalau mereka masih pulang pergi ke rumah masing-masing ya ini berbahaya sekali bagi keluarga mereka (tenaga medis) dan masyarakat disekitarnya," tutur Saeful.
Ia juga mengkritisi keterbatasan persediaan alat pelindung Diri (APD) bagi petugas medis. Di RSUD Kota Bogor saja membutuhkan 112 APD per harinya. "Dengan semakin bertambahnya jumlah pasien maka APD juga lebih banyak. Apakah sudah terpenuhi itu? Saya rasa belum," katanya.
Pemkot Bogor diminta segera membuka jalur komunikasi dengan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat untuk memenuhi APD. Dia juga mengingatkan pemerintah Kota Bogor secepatnya menyelesaikan anggaran untuk intensif tenaga medis yang bekerja melawan COVID-19.
"Kalau dulu kita perang kan menggunakan senjata. Nah sekarang APD ini adalah senjata kita dan mereka (tenaga medis). Jadi sudah wajar kalau kita berikan penghargaan. Kami dewan dengan senang hati membantu merealisasikan anggarannya," ujarnya.
Pemkot Bogor sudah menunjuk tiga Rumah Sakit sebagai rujukan untuk penanganan Covid-19. Yakni Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bogor, RS Siloam dan Bogor Senior Hospital.