REPUBLIKA.CO.ID,LEBAK -- Pemulihan atas dampak bencana banjir yang melanda Kabupaten Lebak pada Januari lalu ternyata belum juga selesai setelah beberapa bulan berlalu. Terutama masalah pembangunan rumah warga yang rusak akibat banjir dan longsor yang melanda daerah Selatan Banten tersebut.
Hal ini disampaikan oleh Camat Lebak Gedong, Kabupaten Lebak, Wahyudin yang wilayahnya terdampak cukup parah dan menjadi area paling lama terisolasi akibat banjir. Ia mengatakan, hingga kini, masyarakat yang kehilangan rumahnya masih harus menumpang di rumah sanak saudaranya atau menghuni Huntara (hunian sementara) yang dibuat relawan.
"Pembangunan rumah belum ada, pengukuran tanahnya saja belum ada, pencairan Dana Talangan Hunian (DTH) juga belum ada. Kita sudah ajukan, seperti DTH kan memang untuk yang rumahnya hilang tapi sampai sekarang belum ada kabar akan diberikan," ujar Wahyudin, Ahad (5/4).
Menurutnya, belum ada kejelasan terkait pembangunan rumah warga terdampak bencana yang dijanjikan Pemerintah Pusat. "Data kita akibat bencana kemarin ada total 419 rumah terdampak banjir, 218 rumah di antaranya itu masuk katagori rusak berat dan hilang, jadi mereka ini yang paling membutuhkan," katanya.
Masalah akses jalan yang juga belum pulih sepenuhnya, kata Wahyudin menjadi hal yang paling penting untuk proses pemulihan daerahnya. Ia menyebut masih ada akses jalan yang belum bisa dilalui kendaraan roda empat sehingga menyulitkan aktivitas masyarakat di Kecamatan Lebak Gedong.
"Akses jalan sudah berangsur pulih sebenarnya, hanya memang belum semuanya diperbaiki seperti akses jembatan di Kampung Cinyiru yang tanahnya bergerak atau jembatan di Desa Muhara. Akses jalan ini cukup vital menurut saya, karena untuk memulihkan perekonomian warga, di titik-titik itu akses jalan baru bisa lewat motor," jelasnya.
Wahyudin menuturkan sangat memaklumi situasi saat ini yang sedang berfokus untuk penanganan Covid-19 atau Virus Korona. Meski begitu, ia berharap agar Pemerintah Pusat tetap melanjutkan program pembangunan rumah dan akses jalan bagi warganya.
"Saya memahami mungkin gara-gara Covid-19 ini jadi fokusnya teralihkan, tapi harapan saya pembangunan tetap berjalan secara bertahap. Seperti pembangunan akses jalan itu kan sangat penting bukan hanya untuk korban banjir, tapi masyarakat yang berlalu-lalang melalui Lebak Gedong," katanya.
Sementara Kades Lebak Situ, Tubagus Imron mengatakan, sudah banyak elemen masyarakat yang berulang kali bertanya tentang kepastian pembangunan rumah kepada dirinya. Selama ini, ia hanya bisa memberikan penjelasan kepada warganya kalau Pemerintah Desa juga sedang menunggu janji yang disampaikan Pemerintah Pusat ini.
"Masyarakat kan lihat TV, kalau Presiden bicara akan memberikan bantuan untuk korban bencana banjir bandang. Warga katanya akan dikasih uang Rp 500 ribu untuk sewa sebelum rumahnya dibangun tapi belum ada sampai sekarang, makanya saya juga bingung menjelaskannya," jelas Imron.
Menurutnya, ada 15 rumah warganya yang terdampak longsor pada Januari lalu, 9 rumah terkatagori rusak berat, 3 hilang dan 3 rusak ringan. "Saya sebagai Kepala Desa juga jadi dilema menjelaskan ke masyarakat, kita juga sedang tunggu kabar dari pemerintah pusat, apalagi dengan adanya wabah ini, sementara tidak semua masyarakat man memahami situasi sekarang," ujarnya.
Imton menjelaskan kondisi warga yang rumahnya rusak saat ini terpaksa harus mengungsi ke rumah sanak saudaranya. Karenanya, ia dan warga Lebak Situ juga berinisiatif untuk melakukan iuran bersama untuk membangun rumah warga yang terdampak bencana.
"Makanya, karena kasihan melihat warga yang rumahnya rudak ini kita inisiatif untuk iuran bersama, karena kalau nunggu pemerintah akan lama. Alhamdulillah sekarang sudah ada tiga rumah yang sudah dibangun karrna swadaya masyarakat sendiri," jelasnya.