REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Dokter spesialis paru-paru RSUP Persahabatan Erlina Burhan mengatakan, penggunaan masker kain bisa menjadi alternatif bagi warga yang sehat sebagai bagian proteksi diri dari ancaman virus. "Masker kain atau buatan rumah menjadi pilihan terakhir untuk mencegah penularan virus melalui partikel kecil (droplet) setelah masker N95 dan masker bedah," ujar Erlina saat konferensi pers gugus tugas percepatan dan penangan Covid-19 di Graha BNPB, Jakarta, Rabu (1/4).
Dalam paparannya, Erlina mengatakan, menggunakan masker lebih baik dibandingkan tidak sama sekali. Analisis Universitas Johns Hopkins menggambarkan penggunaan masker efektif menekan laju penularan virus di sejumlah negara.
Adapun negara yang mampu menekan angka penularan dengan menggunakan masker terdapat di Korea Selatan, Jepang, Singapura, dan Hong Kong. Sementara itu, negara lain yang terlambat menerapkan langkah itu grafik penularannya tinggi, seperti tecermin di China, Italia, Spanyol, Iran, hingga Amerika.
Upaya menggunakan masker dianggap bijak dan mampu mengurangi potensi penularan dari orang yang terinfeksi, tetapi tidak memiliki gejala apa pun serta sebagai upaya mengantisipasi pemborongan masker bedah dan N95 di pasaran. "Masker kain lebih baik dibandingkan tidak menggunakan sama sekali," kata dia.
Menurut dia, masker kain memang tidak seefektif masker bedah maupun N95. Namun, masker kain ini masih memiliki tingkat perlindungan bagi partikel droplet ukuran 3 mikron hanya 10 sampai 60 persen.
"Kemudian, penggunaan masker kain bila keadaan terpaksa bisa dipakai, tapi memang tidak seefektif masker bedah. Masker kain ini adalah pilihan yang terakhir," kata dia.