REPUBLIKA.CO.ID, KENDARI - Masyarakat Kabupaten Buton Utara mulai merasakan kekurangan gula pasir dan terigu. Gula pasir dan terigu mulai sulit ditemukan di kalangan pedagang pasar tradisional maupun pengecer di wilayah tersebut.
Bupati Buton Utara Abu Hasan mengatakan kekurangan gula butiran mengakibatkan lonjakan harga yang fantatis pada tingkat pengecer. "Harga normal gula butiran di wilayah Buton Utara sekitar Rp 15 ribu per kilogram namun saat ini sudah menembus Rp 25ribu per kilogram. Itu pun kalau dapat," kata Abu Hasan di Kendari, Senin (30/3).
Pemerintah daerah mengambil inisiatif berkoordinasi meminta pasokan gula butiran dan terigu pada pihak distributor di Kendari dan Kota Bau Bau. Bulog sebagai perusahaan negara yang menyalurkan gula butiran juga diharapkan tanggap menyikapi keluhan masyarakat Buton Utara yang kekurangan kebutuhan tersebut.
Kondisi ini berbeda dengan stok beras yang dikuasai Bulog Sultra di gudang Buton Utara masih kategori aman untuk melayani kebutuhan tiga bulan ke depan. “Stok pangan beras yang dikuasai Bulog sebanyak 100 ton cukup untuk kebutuhan tiga bulan ke depan,” kata Abu Hasan.
Soal pangan, kata dia, rakyat Buton Utara tidak hanya menggantungkan harapan pada beras karena cukup tersedia pangan lokal. "Pangan lokal berupa umbi-umbian, jagung, dan beras lokal justru pilar utama pemenuhan masyarakat setempat sehingga tidak menjadi masalah," ujarnya.