REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Dessy Suciati Saputri, Fuji E Permana, Antara
Lonjakan kedatangan pemudik mulai dirasakan sejumlah daerah. Para pemudik umumnya merupakan pekerja informal di Ibu Kota dan sekitarnya yang kehilangan pekerjaan akibat kebijakan physical distancing. Sebagian juga pekerja informal yang memilih pulang lebih dulu agar bisa menjalani Lebaran bersama keluarga.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengapresiasi daerah yang menjalankan protokol kesehatan dan pengawasan secara ketat terhadap pemudik dari Jabodetabek. Jokowi mengingatkan agar pengawasan dan skrining dilakukan secara terukur dan tak berlebihan terhadap mereka.
“Saya juga peringatkan agar dilakukan secara terukur, jangan sampai menimbulkan juga langkah-langkah penyaringan atau skrining yang berlebihan bagi pemudik yang terlanjur pulang kampung,” ujar Jokowi saat membuka rapat terbatas mengenai antisipasi mudik Lebaran 2020 di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Senin (30/3).
Jokowi menyebut adanya faktor keterpaksaan sebagai penyebab percepatan mudik. "Saya melihat bahwa arus mudik dipercepat bukan karena faktor budaya tapi karena memang terpaksa. Di lapangan, banyak pekerja informal di Jabodetabek terpaksa pulang kampung karena penghasilannya menurun sangat drastis atau bahkan hilang,” jelas Jokowi.
Sejak ditetapkannya kebijakan tanggap darurat di DKI Jakarta untuk melakukan aktivitas di rumah, penghasilan para pekerja informal pun langsung terdampak. Penghasilan mereka bahkan ada yang langsung berkurang drastis bahkan menghilang.
Karena itu, Presiden meminta agar percepatan program jaring pengaman sosial yang dapat memberikan perlindungan sosial di sektor informal dan para pekerja harian, serta program insentif ekonomi bagi UMKM dapat segera dilaksanakan.
“Sehingga para pekerja informal, buruh harian, asongan semuanya bisa memenuhi kebutuhan dasarnya sehari-hari,” imbuhnya.
Jokowi mengatakan, fokus pemerintah saat ini adalah mencegah meluasnya penyebaran Covid-19 dengan membatasi pergerakan orang dari satu tempat ke tempat yang lain. Namun, dalam delapan hari terakhir ini, terdapat 876 armada bus antarprovinsi yang telah mengangkut sekitar 14 ribu penumpang dari Jabodetabek ke wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan juga DIY.
Angka tersebut belum termasuk jumlah pemudik yang menggunakan transportasi massal lainnya seperti kereta api, kapal, maupun angkutan udara, dan juga kendaraan pribadi. Jokowi mengatakan, adanya mobilitas orang dalam jumlah yang besar berpotensi untuk memperluas penyebaran corona. Karena itu, pengawasan terhadap para pemudik di masing-masing daerah dinilai sangat penting.
“Untuk warga yang sudah terlanjur mudik, saya minta kepada para gubernur, bupati, dan wali kota meningkatkan pengawasannya. Pengawasan di wilayah masing-masing sangat penting sekali,” ucap dia.
Ia mendapatkan informasi, berdasarkan laporan dari Gubernur Jawa Tengah dan juga DIY, protokol kesehatan yang ketat telah diterapkan dengan baik di desa maupun di kelurahan. Dengan penerapan protokol kesehatan ini, maka kesehatan para pemudik dapat terus terpantau. “Terapkan protokol kesehatan dengan baik sehingga memastikan bahwa kesehatan para pemudik itu betul-betul memberikan keselamatan bagi warga yang ada di desa,” tambahnya.
Hampir semua daerah telah mengeluarkan imbauan melarang warganya pulang kampung. Bahkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengimbau masyarakat khususnya umat Islam agar tidak mudik atau pulang ke kampung halaman dari daerah pandemi corona atau Covid-19.
MUI mengatakan sekarang tinggal ketegasan pemerintah mengambil kebijakan agar wabah Covid-19 tidak menyebar ke desa-desa di berbagai kabupaten/kota. "MUI sudah memberikan tausiyah untuk tidak meninggalkan tempat atau kawasan pandemi Covid-19," kata Wakil Sekretaris Jenderal MUI, Nadjamuddin Ramly, Ahad (29/3).
Ia menyampaikan, imbauan MUI untuk tidak mudik salah satunya atas dasar hadis Nabi Muhammad SAW dan perkataan Khalifah Umar bin Khattab. Dalam Shahih Bukhari dan Muslim menyampaikan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, jika kalian mendengar ada wabah di suatu negeri, maka jangan memasuki negeri itu. Bila wabah menyebar di negeri kalian, maka jangan keluar dari negeri kalian.
Khalifah Umar saat menghindari wabah di negeri Syam mengatakan, lari atau berpaling dari takdir Allah ke takdir Allah yang lain. Khalifah Umar menganalogikan padang yang subur dan gersang, manusia bisa memilih untuk memelihara unta di padang yang gersang atau subur.
"MUI telah mengimbau masyarakat sekarang tinggal pemerintah menjaga terminal-terminal supaya para perantau yang ada di kota besar seperti Jakarta dan Bandung tidak kembali ke kampung halaman," ujarnya.
Menjaga publik tidak keluar dari daerah pandemi adalah upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Spesialis paru Rumah Sakit Persahabatan dr. Erlina Burhan mengatakan masyarakat adalah garda terdepan dalam upaya memutus rantai penularan virus SARS-COV-2, penyebab wabah Covid-19.
"Memutus rantai penularan adalah hal yang sangat penting yang wajib dilakukan bila kita ingin lepas dari masalah Covid-19 ini," katanya.
Ia mengatakan garda terdepan untuk memutus rantai penularan tersebut adalah masyarakat, bukan petugas kesehatan. "Jadi masyarakat lah yang berperan," katanya.
Untuk itu, ia meminta kesediaan masyarakat untuk bersama-sama menanggulangi penyebaran virus dengan dua cara.
Ia menjelaskan penularan terjadi secara langsung melalui droplet dan secara tidak langsung melalui benda-benda yang terkontaminasi oleh virus tersebut. "Langsung dari droplet itu adalah pada saat pasien batuk. Jadi ketika seseorang terinfeksi dengan virus ini, saat dia batuk maka akan keluar droplet. droplet ini adalah cipratan yang keluar saat batuk atau bersin dan ini jaraknya adalah sekitar satu meter," katanya.
Untuk mengantisipasi penularan melalui droplet, maka masyarakat yang sedang sakit dianjurkan untuk memakai masker, menjaga jarak secara fisik dan tetap berada di dalam rumah. "Kenapa harus di rumah saja? Karena ini mencegah interaksi dengan orang," ujarnya.
Ia menekankan bahwa untuk menghindari interaksi dengan orang maka seseorang harus menghindari pertemuan dengan banyak orang atau kerumunan orang.
"Kalau sangat-sangat perlu harus keluar dan berinteraksi dengan orang, jaga jarak satu meter, dan kalau di kerumunan lebih baik memakai masker," katanya.
Kemudian, cara berikutnya untuk mencegah penularan secara tidak langsung melalui benda-benda yang terkontaminasi virus adalah dengan membiasakan diri untuk tidak menyentuh bagian wajah seperti mata, hidung dan mulut. "Penularan tidak langsung terjadi akibat menyentuh benda yang terkontaminasi dengan virus, sehingga tangan kita tercemar oleh virus tersebut. Tentu saja cara yang paling efektif adalah membiasakan tidak menyentuh wajah," katanya.
Selain membiasakan diri untuk tidak menyentuh wajah, kebiasaan mencuci tangan juga perlu dilakukan baik oleh orang yang sehat maupun mereka yang sedang sakit.
Sosiolog yang juga dosen Universitas Indonesia (UI) Imam B Prasodjo mengatakan pencegahan penularan Covid-19 yang disebabkan virus corona harus menjadi prioritas di masyarakat saat ini. "Kalau kita gagal mencegah, kita akan dilanda 'tsunami pasien', tenaga medis kita akan kewalahan dan rumah sakit tidak akan bisa menampung pasien," kata Imam saat jumpa pers di Graha BNPB, Jakarta, Senin (30/3).
Ia mengatakan infeksi virus corona yang semakin menyebar telah menyebabkan tenaga medis kewalahan. Karena itu, yang bisa dilakukan setiap individu saat ini adalah mempertahankan diri agar virus corona tidak semakin menyebar di keluarga, tetangga dan masyarakat.
Menurut Imam, saatnya melakukan disiplin diri dan disiplin sosial untuk saling mengingatkan. Tanggung jawab sosial terhadap pribadi dan keluarga menjadi suatu hal yang penting.
"Ayat-ayat Tuhan yang saat ini digelar di seluruh dunia telah menjadi ayat-ayat yang nyata. Kita harus mengedepankan akal untuk melindungi diri," katanya.
Ia mengatakan korban yang dinyatakan positif Covid-19 hingga yang meninggal dunia maupun sembuh sudah semakin banyak. Hal itu sangat merepotkan tenaga medis, sehingga dari kalangan dokter pun muncul korban.
"Dari kalangan dokter sudah berjatuhan. Kalau tidak diberi peralatan terbaik untuk melindungi diri dan pasien, mereka akan semakin banyak yang berjatuhan," demikian Imam B Prasodjo.