Ahad 29 Mar 2020 14:53 WIB

Yogya Bantah Kampung Lockdown Mandiri

Warga mengintensifkan untuk melakukan monitoring terhadap pendatang

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: A.Syalaby
Penutupan Pasar Desa Jarjo. Pasar Jarjo tanpa aktifitas perdagangan di Ngemplak, Sleman, Yogyakarta, Ahad (29/3)
Foto: Wihdan Hidayat/ Republika
Penutupan Pasar Desa Jarjo. Pasar Jarjo tanpa aktifitas perdagangan di Ngemplak, Sleman, Yogyakarta, Ahad (29/3)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA --  Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta membantah ada kampung yang melakukan lockdown mandiri ini. Terlebih saat ini banyak pendatang atau pemudik yang mulai memasuki Yogyakarta.

"Di Yogya tidak ada kampung yang menutup diri," kata Ketua Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi kepada wartawan, Sabtu (28/3).

Menurut Wakil Wali Kota Yogyakarta tersebut, pihaknya maupun warga mengintensifkan untuk melakukan monitoring pendatang atau pemudik. Artinya, pendatang atau pemudik ini didorong secara persuasif untuk melakukan pemeriksaan ke fasilitas layanan kesehatan dan melakukan isolasi mandiri.

"Kota kan sudah ada mekanisme dan prosedur bahwa lurah akan memonitor melalui RW dan RT untuk mereka yang datang atau kembali ke Kota. Begitu sampai harus periksa ke Puskesmas terdekat. Terus melakukan isolasi diri 14 hari," ujarnya.

Ia menyebut, sudah ada 9.000 orang yang diperiksa selama Maret 2020. Mereka yang diperiksa sebagian besarnya merupakan pendatang. "Kami juga mengimbau kesadaran yang tinggi dari warga yang selama ini sudah diperiksa untuk menunjukkan bukti bahwa Kota melakukan (pencegahan penyebaran Covid-19) karena kesadaran bersama," jelas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement