Jumat 27 Mar 2020 04:23 WIB

Konsorsium Siap Kembangkan Perlengkapan Pelindung Covid-19

Kebutuhan dalam negeri yang melonjak membuat APD dan masker harus diimpor

Perawat mengenakan pakaian alat pelindung diri (APD) di Ruang Isolasi Infeksi Khusus (RIIK) untuk wabah Virus Corona, di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS), Kota Bandung, Jumat (24/1).
Foto: Abdan Syakura
Perawat mengenakan pakaian alat pelindung diri (APD) di Ruang Isolasi Infeksi Khusus (RIIK) untuk wabah Virus Corona, di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS), Kota Bandung, Jumat (24/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konsorsium COVID-19 yang dibentuk Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) akan mengembangkan alat pelindung diri serta memproduksi masker, cairan pembersih tangan dan bilik antikuman untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri guna penanganan dan pencegahan penularan COVID-19.

"Kita akan mengembangkan atau melakukan kaji terap terhadap alat pelindung diri mulai dari masker maupun pakaian sehingga mudah-mudahan bisa disediakan APD dalam jangka waktu lebih pendek dengan tetap menjaga kualitas," kata Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro dalam konferensi video bersama awak media, Jakarta, Kamis (26/3).

Kemristek/BRIN akan mendukung penanganan COVID-19 yang dilakukan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 dengan memberikan bantuan berupa cairan pembersih tangan produksi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), penyemprotan disinfektan menggunakan drone untuk beberapa wilayah perumahan, serta pemberian prototipe "disinfectan/sterilization chamber" di beberapa fasilitas umum

Hingga saat ini untuk memenuhi kebutuhan yang melonjak di dalam negeri, maka APD dan masker banyak didatangkan dari luar negeri. Kebutuhan akan produk-produk tersebut akan bertambah ke depannya dan bersifat mendesak sehingga harus terbangun kemampuan dan kemandirian dalam negeri untuk memproduksi produk-produk itu. Pengembangan produk itu akan menjadi prioritas kegiatan Konsorsium COVID-19.

Konsorsium COVID-19 sedang melakukan produksi cairan pembersih tangan (hand sanitizer) yang dikerjakan oleh LIPI dan BPPT. Setelah dapat diproduksi secara banyak, pembersih tangan itu akan segera disebarluaskan kepada pihak-pihak yang membutuhkan.

Selain pembersih tangan, Pemerintah Indonesia melalui Konsorsium COVID-19 juga akan mengembangkan prototipe bilik antikuman dalam jumlah banyak untuk bisa segera disalurkan kepada pihak-pihak yang memerlukan.

Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Laksana Tri Handoko mengatakan pihaknya dan Institut Teknologi Bandung telah mengembangkan disinfektan berbasis ozon. "Kami sudah mengembangkan disinfektan yang berbasis ozon yang relatif lebih aman untuk kulit manusia dan juga ramah lingkungan dan rencananya akan diimplementasikan untuk berbagai chamber yang kembangkan teman-teman yang lain," ujar Handoko.

Perguruan tinggi lain seperti Universitas Airlanggda dan ITS juga sudah mengembangkan "disinfection chamber". Selain itu, LIPI sudah melakukan kaji cepat bahan aktif dan produk rumah tangga yang bisa digunakan untuk sumber disinfektan sehingga masyarakat bisa memiliki berbagai opsi yang tersedia bahkan membuat sendiri di rumahnya untuk melakukan pencegahan dini terhadap infeksi COVID-19 secara mandiri.

Beberapa inovasi yang telah dihasilkan LIPI antara lain airborne sterilizer yang mampu mengeluarkan nano ozon yang dapat menangkap dan menghancurkan virus Corona di udara, mobile disinfection chamber atau tenda disinfeksi virus Corona, alat sterilisasi virus Corona untuk uang kertas dan logam, serta alat pelindung diri (APD) ramah lingkungan bagi tenaga kesehatan dalam mencegah COVID-19, yang mencakup jas lab, penutup kepala, dan masker.

Tim Konsorsium COVID-19 terdiri dari lembaga negara non kementerian (LPNK) di bawah Kemristek, perguruan tinggi dan institusi lain terkait diantaranya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Badan Tenaga Nuklir Nasional, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Institut Pertanian Bogor, Universitas Airlangga.

 

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement