Kamis 26 Mar 2020 17:44 WIB

Banyak Warga Pulang Kampung, Jubir: Yang Penting Jaga Jarak

Achmad Yurianto tak membenarkan atau menyalahkan sikap warga yang pulang kampung.

Rep: Sapto Andika Candra / Red: Ratna Puspita
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto
Foto: ANTARA/dhemas reviyanto
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah belum menerbitkan satu kebijakan yang khusus mengatur pergerakan masyarakat dari zona merah Covid-19. Fenomena 'pulang kampung' memang mulai terlihat setelah seluruh pergerakan sosial di DKI Jakarta mulai berjalan. 

Sebagian warga pendatang yang terimbas 'sepinya' ibu kota memilih pulang ke daerah asalnya. Menanggapi kejadian ini, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto tidak membenarkan ataupun menyalahkan sikap warga yang memilih pulang kampung. 

Baca Juga

Menurutnya, pencegahan penyebaran Covid-19 terbaik adalah dengan menjaga jarak kontak antarmanusia. Orang yang datang dari wilayah lain yang bukan zona merah pun, ujarnya, tetap punya potensi membawa virus corona. 

"Mari bersama sama patuhi ini, apakah orang itu berasal dari daerah yang banyak ditemukan kasus, misalnya dari Jakarta atau daerah yang lain. Bukan ini masalahnya. Artinya tidak ada satu garansi bahwa meskipun tidak berasal dari daerah yang banyak terjangkit Covid-19, lantas dia tak bawa virus ini. Maka yang terpenting jaga jarak," jelas Yurianto, Kamis (26/3). 

Jaga jarak ini, ujar Yuri, yang dianggap efektif memutus rantai penularan. Orang sehat tidak tertular Covid-19 dan orang yang sakit pun tidak menularkan virus ke orang lain yang sehat. 

"Artinya siapapun mereka, kita harus meyakni karena tidak semua orang yang bawa virus ini nampak sebagai orang sakit. Sering kita dapatkan orang itu tidak nampak sakit atau terlihat seperti sakit ringan," jelasnya. 

photo
Suasana lengang di kawasan perkantoran di Jalan Sudirman, Jakarta. - (Thoudy Badai/Republika)

Yurianto mengingatkan gejala awal Covid-19 tidak sama untuk semua orang. Bagi anak muda dengan imunitas tinggi, misalnya, bisa jadi tidak menunjukkan gejala apapun meski sebenarnya dirinya positif Covid-19. 

Kendati tak ada gejala, si anak muda ini tetap bisa menularkan virus corona ke orang lain. Misalnya, orang tua di rumah yang daya tahan tubuhnya tak lagi prima. 

"Kita sadari dia sangat memungkinkan menularkan ke yang lain. Kalau yang tertular, orang tua dan saudara yang sudah memiliki riwayat penyakit penyerta maka dampaknya bisa fatal. Karenanya mari kita jaga dan saling melindungi siapapun yang berada di sekitar kita," jelasnya. 

Gelombang kepulangan warga pendatang di Jakarta ke daerah asal mulai dirasakan. Warga pendatang, terutama yang menggantungkan hidup di sektor informal memang memilih pulang kampung lebih awal. 

photo
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan HB X - (Antara/Andreas Fitri Atmoko)

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan HB X punya kebijakan tersendiri dalam menyikapi warga pendatang ini. Menurutnya, saat ini memang sudah masuk pendatang maupun warga DIY yang kembali dari daerah lain. Ia beranggapan bahwa masyarakat DIY yang ada di wilayah lain tersebut lebih baik kembali, terutama di zona merah Covid-19 untuk kembali ke DIY.

"Akhir-akhir ini berbondong-bondong pendatang masuk ke Yogya (DIY). Karena ada wilayah lain yang ditutup, sehingga bagi warga Yogya mungkin di wilayah tersebut tidak bisa berjualan atau tidak masuk kantor atau mungkin kena PHK dan lain-lain, lebih baik pulang," kata Sultan di Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Kamis (26/3).

Walaupun begitu, pendatang tersebut akan terus dipantau. Mereka juga akan diminta untuk mengisolasi diri sacara mandiri selama 14 hari di rumah masing-masing. "Bagaimanapun pendatang ini adalah warga Yogya, tidak mungkin tidak kembali. Tapi harapan yang saya sampaikan kepada wali kota, bupati, masyarakat maupun warga yang datang ke Yogya punya kesadaran untuk isolasi diri," kata Sultan.

Selain isolasi secara mandiri, pemeriksaan negatif atau positif Covid-19 juga dilakukan. Namun, pemeriksaan Covid-19 ini akan dilakukan secara door to door atau mendatangi masyarakat secara langsung.  "Karena pemeriksaan tidak kita lakukan di jalan-jalan, tapi di tempat dimana dia berdomosili," ujarnya.

Untuk itu, pihaknya akan memasifkan pendataan terhadap pendatang yang masuk ke DIY ini. Terlebih, saat ini kasus positif Covid-19 di DIY sudah mencapai 18 kasus dengan satu kasus sudah dinyatakan sembuh, sementara tiga kasus meninggal dunia.

"Lurah, dukuh, Babinsa, Babinkamtibmas kami gerakkan untuk mendata mereka semua. Hal ini bagi saya penting, fakta sampai hari ini virus Corona yang ada di Yogya dengan penderita yang sakit banyak. Itu semua adalah produk impor," jelasnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement