Senin 23 Mar 2020 20:14 WIB

RS Muhammadiyah-Aisyiyah Tampung Puluhan Pasien PDP Corona

Beberapa RS Muhammadiyah-Aisyiyah bahkan membuat sendiri APD.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Fakhruddin
Ketua Muhammadiyah Covid-19 Command Center dr Corona Rintawan, SpEM (tiga kanan) bersama tim Muhammadiyah Covid-19 Command Center memberikan keterangan terkait penaggulangan Covid-19 di Gedung Pusat Muhammadiyah, Jakarta, Selasa (10/3).
Foto: Republika/Prayogi
Ketua Muhammadiyah Covid-19 Command Center dr Corona Rintawan, SpEM (tiga kanan) bersama tim Muhammadiyah Covid-19 Command Center memberikan keterangan terkait penaggulangan Covid-19 di Gedung Pusat Muhammadiyah, Jakarta, Selasa (10/3).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua PP Muhammadiyah dr. H. Agus Taufiqurrohman, M.Kes, Sp.S menyampaikan, Muhammadiyah melalui 'Muhammadiyah Covid-19 Command Center' (MC3) terus melakukan langkah menangani wabah virus Corona atau Covid-19. Ada 20 rumah sakit (RS) baik dari Muhammadiyah ataupun 'Aisyiyah yang telah disiapkan untuk membantu penanggulangan covid-19.

Sebanyak 20 RS tersebut tersebar di beberapa daerah, seperti Yogyakarta, Bantul, Lamongan, Pati, Surakarta, Kendal, Gamping, Wonosobo, Gombong, Semarang, Banyuwangi, Malang, Sidoarjo, Palembang, Lampung, Palangkaraya, Jakarta, Ponorogo, dan Muntilan. "Beberapa RS kita menerima pasien. Ada yang ketika mau dirujuk ke RS yang sudah ditentukan pemerintah itu tidak bsia karena di sana sudah penuh, sehingga harus dirawat di RS kita," tutur dia kepada Republika.co.id, Senin (23/3).

Agus juga mengungkapkan, data terakhir per 23 Maret, 20 RS yang ditunjuk Muhammadiyah itu telah menangani 92 pasien kategori ODP dan 19 PDP. Sementara, RS Muhammadiyah yang lain juga menerima pasien terkait Covid-19. Adapun rinciannya yakni 25 pasien ODP,  satu PDP, dan dua pasien yang positif Covid-19.

"Ketika dari pasien itu hasilnya positif Covid-19, maka kita kirim ke RS yang ditunjuk pemerintah. Karena kalau sudah positif itu harus dikumpulkan. Dan beberapa pasien yang PDP di tempat kita memang hasilnya positif dan harus dirujuk ke RS yang sesuai prosedur tetap (protap) yang diatur oleh pemerintah. Kita harus satu komando," tutur dia.

Agus mengatakan, RS yang disiapkan itu memang telah memiliki ruang isolasi. Hanya saja, dia mengakui, ruang tersebut tergolong sedikit. Ketika menangani lebih dari tiga pasien, maka di beberapa RS Muhammadiyah dilakukan penambahan ruang perawatan isolasi.

"Kita sudah mulai men-setting. Beberapa RS kita yang bisa dikembangkan memiliki perawatan isolasi, kita tambah. Misalnya RS PKU Yogyakarta yang sedang menambah ruang perawatan isolasi," tutur dia.

Terlebih, angka pertumbuhan kasus Covid-19, baik itu Orang Dalam Pemantuan (ODP), Pasien Dalam Pengawasan (PDP) maupun yang positif, lanjut Agus, memang mengharuskan adanya persiapan yang lebih signifikan. Jika kasusnya terus bertambah, maka tak menutup kemungkinan RS pemerintah kewalahan menampungnya. Karena itu, swasta harus ambil bagian dan senantiasa hadir ketika masyarakat membutuhkan.

Namun, Agus mengakui, banyak RS yang mengeluhkan susahnya mendapatkan Alat Pelindung Diri (APD). Sebab barangnya saat ini menjadi langka. "Mau belanja tidak bisa, beberapa RS kita dari 20 RS tadi itu bahkan bikin sendiri, karena pasien enggak bisa dibendung, kita tidak boleh menolak pasien," jelasnya.

Selain itu, Muhammadiyah juga menyiapkan langkah pelayanan kesehatan masyarakat dengan berbagai upaya yang bersifat promotif dan preventif. Misalnya dengan membuat berbagai panduan antara lain dengan membuat brosur dan poster tentang bagaimana menanggulangi covid-19 sesuai protap yang telah ditentukan pemerintah.

Tak hanya itu, penyuluhan juga diberikan khususnya kepada kalangan lanjut usia (lansia) yang memang rentan terinfeksi virus covid-19. Karena itu, Agus mengatakan, Muhammadiyah melalui MC3 juga menyiapkan panduan bagaimana mendampingi lansia dalam upaya pencegahan wabah covid-19.

Tim dari MCCC juga telah menyosialisasikan hingga ke masjid-masjid soal bagaimana menanggulangi covid-19 ketika melaksanakan ibadah. Termasuk juga di antaranya sekolah-sekolah. "Kami juga sudah menyiapkan panduan tuntunan ibadah di bulan Ramadhan ketika wabah ini masih ada," ungkapnya.

Agus menambahkan, Muhammadiyah melibatkan seluruh elemen kesehatan yang dimilikinya termasuk dari perguruan tinggi. Sebab dia menyadari, perawatan pasien covid-19 membutuhkan rotasi tenaga kesehatan yang banyak.

Karena itu, pihaknya mempersiapkan tenaga kesehatan dari perguruan tinggi Muhammadiyah, khususnya dari program studi keperawatan, kebidanan, fisioterapi, dan apoteker. Mereka dipersiapkan untuk mendukung rotasi tenaga kesehatan ketika wabah makin menyeruak.

"Tentu berikutnya yakni dengan dukungan fund raising. Lazis Muhammadiyah bergerak merealokasi beberapa anggaran agar difokuskan untuk terlibat dalam penanggulangan wabah covid ini," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement