Senin 23 Mar 2020 16:46 WIB

Dari Purifikasi ke Islam Berkemajuan

Kebudayaan merupakan kunci memajukan bangsa dan mencerahkan semesta.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Logo Muhammadiyah.
Foto: Antara
Logo Muhammadiyah.

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Sebagai organisasi Islam terbesar di Tanah Air, Muhammadiyah perlu menelaah strategi kebudayaan yang ingin dicapai seperti terwujudnya Islam yang maju sesuai dengan perkembangan peradaban dan teknologi kontemporer saat ini. Hal ini berarti strategi kebudayaan  yang ingin dikembangkan bukan lagi Islam masa lalu.

Pendapat tersebut dikemukakan Sekretaris Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Dr Agung Danarto dalam seminar Pra Muktamar Muhammadiyah ke-48 yang berlangsung di Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Sabtu (7/3). Seminar tersebut mengusung tema “Strategi Kebudayaan Muhammadiyah Dari Purifikasi Menuju Islam Berkemajuan”.

"Saat ini, abad 21, strateginya adalah Is­lam yang mempertimbangan perkembangan ilmu, teknologi, budaya, ekonomi, dan peradaban lain," kata Agung.

Oleh sebab itu menjadi tugas bagi kita lanjutnya, untuk melihat terlebih dulu arah kebudayaan Muhammadiyah, yang di AD/ART berbunyi masyarakat utama yang adil, makmur, dan diridhoi Allah SWT. Menurutnya, posisi kebudayaan sangat penting karena menjadi jembatan membumikan nilai-nilai untuk  melahir­kan manusia berkemajuan.

Agung tak memungkiri apabila budaya Muhammadiyah saat ini sedang berada di persimpangan yaitu  di satu sisi ber­ha­dapan dengan budaya global dan di sisi lain berhadapan dengan budaya nasional. Budaya glo­bal datang dari barat seperti AS dan Eropa, ada pula yang datang dari timur seperti Cina, India, dan Korea. Semua budaya itu berusaha masuk bergumul dan berusaha menentukan budaya Indonesia.

"Budaya kita ada budaya lokal yang datang dari daerah masing-masing, dan ada budaya nasional yang kita sendiri belum tentu paham pengembangan budayanya," ungkapnya.

Bila menengok ke belakang ada budaya nasional yang diusulkan Sultan Takdir Alisjahbana yang mengalihkan terhadap sejarah dinamis, mengambil kemajuan barat dan mengembangkannya menjadi budaya Indonesia. Ada juga yang diusulkan Sanusi Pane yaitu mengembangkan hal-hal dinamis, menciptakan harmoni dengan alam, masyarakat sekitar dan terus mengembangkan kebudayaan timur.

Agung menuturkan, dalam Islam berkembang pula budaya-budaya. Ada budaya Islam liberal yang dikembangkan orang-orang Islam yang inginkan kema­juan, mengambil metode Barat dan mungkin kurang internasionalisasi Islamnya.

Dakwah ke komunitas

Di sisi lain, ada pula Islam puritan yang memimpikan kejayaan Islam. Tapi, hanya meniru praktik kebudayaan Islam pada masa Salafus Shalih, yang sering diartikan tiga abad pertama dan disebut periode keemasan Islam.

"Jadi, semua praktik kebudayaan yang tidak pernah dipraktikkan pada tiga abad pertama dianggap penyimpangan, bid'ah, atau tidak Islam," ujarnya.

Kemudian, ada budaya Islam tradisional, yang mengikuti paham keagamaan masa awal sampai sekarang. Termasuk, saat Islam banyak melakukan akulturasi atas bermacam-macam paham, ajaran, filsafat, dan budaya dari berbagai daerah.

Terkait  dengan  arah  kebudayaan Muhammadiyah di era ini, bisa diperbaiki dakwah Islam amar maruf nahi munkarnya. Ia meminta warga Muhammadiyah aktif  melakukan  gerakan  mengajak orang lain dalam Islam, kebajikan, dan mencegah kemunkaran.

Kemudian, dapat diperbaiki dakwah kultural Muhammadiyah selama ini. Agung merasa, putusan Tanwir 2002 di Bali yang disempurnakan pada Tanwir 2003 di  Makassar sampai sekarang masih terseok pelaksanaannya.

"Banyak yang salah paham, menganggap Muhammadiyah mengakomodasi budaya-budaya yang dulu dianggap bid'ah, relatif tidak berkembang," kata Agung.

Muhammadiyah perlu pula memperbaiki dakwah komunitas. Dari Tanwir di Bandung dan diperbarui Tanwir di Samarinda, ia merasa warga Muhammadiyah perlu masuk ke berbagai komunitas, seni, budaya, gaya hidup, dan lain-lain.

"Kalau tetap bertahan seperti ini Muhammadiyah akan semakin menyusut pengikutnya dibandingkan organisasi-organisasi lain, jadi strategi kebudayaan memiliki posisi yang sangat penting," ujar Agung.

 

Sependapat dengan Agung, Ketua Umum PP Aisyiyah periode 2000-2010, Prof Chamamah Soeratno mengatakan, kebudayaan merupakan kunci memajukan bangsa dan mencerahkan semesta. Karenanya, ia menekankan, Muhammadiyah memang harus merumuskan strategi kebudayaannya.

Ia melihat, arah strategi kebudayaan Muhammadiyah  tidak lain dari purifikasi menuju Islam berkemajuan. Chamamah mengingatkan,  manusia dikatakan mahluk terbaik  asal mengajak kepada kehidupan yang baik.

Dalam menyusun strategi budaya, ia mengingatkan, harus disusun sebagai satu kekuatan dalam rangka menyelesaikan masalah bangsa. Sebab, persoalan Islam hari ini berhadapan dengan persoalan global, baik internal maupun eksternal.

Islam harus terus dibu­mikan dalam realisasi kehidupan umat manusia. Dalam konsep akulturasi budaya, Islam, bahkan menyatukan berbagai etnis di Indonesia yang dijalankan menggunakan pola pikir Islami. "Di sini konsep budaya menjadi signifikan," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement