Senin 23 Mar 2020 13:14 WIB

Guru Besar Epidemiologi UI yang Wafat PDP Covid-19

Guru besar Epidemiologi UI tengah memastikan statusnya positif atau negatif Covid-19

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Esthi Maharani
Akselerasi Kasus dan Kematian Akibat Corona di Indonesia
Foto: Infografis Republika.co.id
Akselerasi Kasus dan Kematian Akibat Corona di Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru besar Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat UI Prof Dr dr Bambang Sutrisna MHSc yang meninggal di Rumah Sakit Umum Persahabatan pada Senin (23/3) pagi merupakan pasien dalam pengawasan (PDP) Covid-19.  "Beliau punya status pasien dalam pengawasan (PDP) Covid-19 di RS Persahabatan," kata Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra saat dihubungi Republika, Senin (23/3).

Hermawan mengatakan, Prof Bambang tengah menjalani  pemeriksaan untuk memastikan statusnya, apakah positif atau negatif Covid-19. "Dari semua ciri-cirinya memang mengarah ke Covid-19," kata Hermaewan.

Namun, ketika hasil pemeriksaan belum keluar, Bambang telah terlebih dahulu wafat. Pesan soal kabar duka berpulangnya Bambang oleh IAKMI tersebar di aplikasi perpesanan Whatsapp. Pesan menyebutkan agar meninggalnya Bambang dapat memberikan semangat bagi para tenaga medis yang berjuang melawan virus corona.

"Beliau wafat hari Senin, 23 Maret 2020 di RS Persahabatan. Semoga beliau diterima Tuhan YME. Ilmu dan pengabdian yang beliau berikan semasa hidupnya akan tetap kekal menjadi pendorong semangat bagi tenaga kesehatan yang berjuang melawan virus corona (Covid-19) di Indonesia," kata pesan tersebut.

Hermawan pun mengingatkan pemerintah untuk bekerja cepat dalam menghadirkan solusi kurangnya alat pelindung diri (APD) untuk para tenaga medis yang saat ini mengalami kekrangan. Dengan demikian, kasus meninggalnya Prof. Bambang tak terjadi dengan para tenaga medis atau ahli kesehatan lainnya. "Pendistribusian dan penyaluran ini harus menjadi prioritas," ujarnya.

Dengan adanya ribuan fasilitas kesehatan seluruh Indonesia, ketersediaan alat pelindung diri mulai dari garis terdepan, perawat, dokter, sampai ke dokter spesialis harus dipastikan. "Jangan sampai kita disuruh berperang dengan senjata tidak ada pelurunya," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement