Senin 23 Mar 2020 11:35 WIB

Jadi Korban Stigma Corona, Perawat Diusir dari Kosan

Persatuan Perawat menyebut pengusiran dari kosan juga dialami dokter

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Seorang perawat memeriksa kondisi pasien corona di sebuah rumah sakit (ilustrasi). Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia Harif Fadhilah mengaku mendengar kabar ada tenaga kesehatan terpaksa keluar dari kosannya.
Foto: Xiao Yijiu/Xinhua via AP
Seorang perawat memeriksa kondisi pasien corona di sebuah rumah sakit (ilustrasi). Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia Harif Fadhilah mengaku mendengar kabar ada tenaga kesehatan terpaksa keluar dari kosannya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tenaga kesehatan seperti perawat yang menangani pasien terinfeksi virus SARS-CoV2 (Covid-19) atau sering disebut corona justru mengalami nasib miris. Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia Harif Fadhilah mengaku mendengar kabar ada tenaga kesehatan terpaksa keluar dari kosan-nya.

"Mengenai stigma, saya baru mendapatkan informasi bahwa ada yang diusir dari kos. Itu tidak hanya terjadi pada perawat melainkan dokter juga," ujar di saat dihubungi Republika, Senin (23/3).

Baca Juga

Hingga kini pihaknya baru mengumpulkan dan menghimpun fakta mengenai kasus ini. Menurut dia, solusi untuk masalah ini adalah institusi harus menyiapkan rumah singgah bagi tenaga kesehatan untuk sementara waktu.

"Karena ketakutan masyarakat juga beralasan," katanya. Ia menambahkan, usulan ini sudah disampaikan ke beberapa media. Kendati demikian, belum ada surat resmi ke pemerintah mengenai hal ini. "Karena kami masih mengumpulkan fakta itu," ujarnya.

Sebelumnya, kasus positif Covid-19 di Indonesia bertambah sebanyak 64 kasus menjadi 514 orang, Ahad (22/3). Jumlah angka kematian juga bertambah 10 orang menjadi 48.

"Ada penambahan kasus yang sembuh. Sudah dua kali dites hasilnya negatif sebanyak sembilan orang, menjadi 29 orang," ujar juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, Ahad (22/3).

Penambahan sebanyak 64 kasus baru tersebut berasal dari DKI Jakarta (40), Jawa Barat (4), Jawa Tengah (1), Jawa Timur (15), Kalimantan Selatan (1), Maluku (1), dan yang terbaru adalah Papua (2).

Dia menambahkan, data tersebut sudah diserahkan kepada kepala dinas kesehatan provinsi untuk kemudian dilanjutkan ke rumah sakit, untuk lanjutan layanan rumah sakit. Kemudian, data itu diberikan kepada dinas setempat untuk kepentingan penelusuran kontak. "Informasi ini sudah dilaporkan kepada masing-masing kepala daerah," kata Yurianto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement