REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Kota Palembang mengingatkan warga tidak meracik sendiri cairan pembersih tangan atau hand sanitizer yang berbahan dasar alkohol. Hal itu lantaran ada kekhawatirkan cairan yang dihasilkan tidak berdampak pada pencegahan Virus Corona baru.
Kepala BPOM Kota Palembang Arofah Nurfahm mengatakan prosedur pembuatan hand sanitizer untuk mencegah penyebaran COVID-19 sudah diatur agar sesuai dengan standar WHO (Organisasi Kesehatan Dunia).
“Imbauan ini kami sampaikan karena saat ini marak pembuatan hand sanitizer di kalangan masyarakat untuk menjaga kebersihan dan terhindar dari wabah Virus Corona,” kata dia.
Maraknya pembuatan hand sanitizer ini ditengarai karena langkanya produk tersebut di pasaran. Bahkan bahan baku alkohol juga turut langka.
“Yang ditakutkan adalah takarannya tidak tepat sasaran jika buat sendiri,” kata Arofah.
Ia menjelaskan takaran yang sudah menjadi standar pembuatan hand sanitizer sesuai arahan WHO yakni alkohol 833 cc untuk etanol 96 persen, hidrogen peroksida (H202) 3 persen 41,7 cc dan 14,5 cc gliserol.
"Adanya gliserol untuk melembabkan kulit. Bahan ini banyak dipergunakan produk kecantikan,” kata dia.
Selain itu setelah hand sanitizer dibuat pun belum bisa langsung dipergunakan karena harus didiamkan terlebih dahulu untuk memastikan benar-benar steril.
"Makanya kita tidak anjurkan masyarakat untuk membuat hand sanitizer sendiri. Lebih sering mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir malah lebih efektif," jelas dia.
Sejauh ini, sudah cukup banyak instansi yang telah meminta bantuan dari BPOM untuk minta dibuatkan hand sanitizer. Di antaranya adalah Pemerintah Kota Palembang sebanyak 300 botol.
"Hanya saja kami masih menunggu botol spraynya, sementara untuk ketersediaan bahan baku masih terus diupayakan," ujar dia.