REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Pengusaha produk olahan jahe merah (Zingiber officinale) yang dijadikan serbuk minuman instan di Kabupaten Siak, Provinsi Riau kebanjiran pesanan menyusul khasiat komoditas itu yang mampu meningkatkan daya tahan tubuh untuk pencegahan dan membantu dalam pemulihan dari Covid-19.
"Permintaan naik sampai dua kali lipat. Biasanya satu minggu itu kami produksi 180 bungkus, sekarang 360 bungkus, dan itu masih kurang," kata ketua kelompok wanita tani (KWT) Mekar Tani Kampung Maredan, Suryani (46), Kamis (19/3).
KWT Mekar Tani terdiri dari sekelompok ibu rumah tangga yang melangsungkan usaha pengolahan serbuk jahe merah instan untuk diseduh menjadi minuman kesehatan di Kampung Maredan, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Riau.
Suryani menjelaskan permintaan minuman kesehatan yang dipercaya mampu meningkatkan imunitas dan mencegah Covid-19 tersebut datang dari konsumen di Kabupaten Siak, Bengkalis, Pelalawan hingga Pekanbaru hingga Jakarta.
"Saat ini jahe merah banyak dicari, bahkan di Jakarta dan Jawa pun stok sudah menipis, sampai kami dapet orderan juga dari Jakarta 1.000 bungkus," ujarnya.
Sejatinya, ibu tiga anak itu mengaku mampu untuk memenuhi permintaan tersebut. Hanya saja, kendala utamanya terletak pada bahan baku jahe merah yang kian sulit dan mahal untuk didapatkan. Saat ini saja, dia mengatakan harga tanaman rimpang itu menyentuh Rp 70 ribu perkilogram, dari harga normal Rp 25 ribu perkilogramnya.
Untuk mengantisipasi hal itu, maka Suryani pun menyiasati dengan menaikkan harga jual produk yang awalnya Rp 10 ribu perbungkus dengan takaran 80 gram menjadi Rp 12 ribu perbungkus. Meski mengalami kenaikan harga, namun ia mengakui tidak berdampak negatif dengan permintaan. "Permintaan masih tetap tinggi," ujarnya.
Selain itu, Suryani juga mengatakan terus mendorong agar ibu rumah tangga yang tinggal di perkampungan berbatasan dengan Sungai Siak tersebut untuk lebih banyak membudidayakan jahe merah. Ia menjelaskan mayoritas rumah tangga di kampung tersebut telah membudidayakan jahe merah sejak lama.
"Tapi dulu banyak yang terbuang karena kami tak tahu bagaimana cara mengolahnya. Sekarang kita sudah olah dan ada wabah ini permintaan jadi sangat banyak," tuturnya dengan logat bahasa Melayu kental.
Normalnya dalam satu bulan, Suryani dan 15 anggota KWT lainnya mampu meraup omzet hingga Rp 9 juta per bulan. Namun seiring melonjaknya permintaan, kini omzet per bulan mencapai Rp 18 juta.
Tresna Dwita, penyuluh pertanian Dinas Pertanian Kabupaten Siak mengakui jika keberadaan unit usaha pengolahan jahe merah menjadi serbuk sangat membantu ekonomi keluarga di perkampungan yang masuk dalam program Desa Makmur Peduli Api (DMPA) tersebut.
"Usaha ini telah berjalan sejak setahun yang lalu. Alhamdulillah ibu-ibu sangat terbantu dari sisi ekonomi," ujarnya.
Penghulu atau Kepala Desa Kampung Maredan Haji Sunani menambahkan jika program DMPA yang digulirkan oleh PT Arara Abadi, unit usaha Asia Pulp and Paper (APP) Sinar Mas itu bermanfaat besar untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan dengan cara meningkatkan perekonomian keluarga. Dia berharap program itu terus bergulir dan dikembangkan di masa mendatang.
Produk jahe yang dihasilkan oleh Suryani dan kawan-kawan itu merupakan bagian dari program DMPA melalui Pemberdayaan Perempuan Dalam Pelestarian Lingkungan dan Kesejahteraan Keluarga kolaborasi antara APP Sinar Mas dan Martha Tilaar Group.
Saat ini, produk tanpa pengawet tersebut telah dikemas dengan begitu rapi dan menjadi salah satu produk andalan dari Siak. Dalam waktu dekat, produk itu akan ditingkatkan dari sisi produksi untuk memenuhi permintaan pasar ritel yang tengah dijajaki oleh perusahaan kertas terkemuka itu.