Selasa 17 Mar 2020 04:46 WIB

Isolasi Mandiri Butuh Komitmen dan Dukungan Bersama

Kebijakan Gubernur DKI harus didukung perusahaan dan pihak lain

Petugas medis membawa pasien menuju ruang isolasi saat simulasi penanganan pasien virus Corona (Covid-19) di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA) Kota Bandung, Jalan KH Wahid Hasyim, Kota Bandung, Jumat (13/3). (Republika/Abdan Syakura)
Foto: Republika/Abdan Syakura
Petugas medis membawa pasien menuju ruang isolasi saat simulasi penanganan pasien virus Corona (Covid-19) di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA) Kota Bandung, Jalan KH Wahid Hasyim, Kota Bandung, Jumat (13/3). (Republika/Abdan Syakura)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) Dr. dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH, MMB mengatakan penerapan isolasi mandiri hanya akan dapat memberikan manfaat optimal jika didukung dengan komitmen dan kesepakatan bersama untuk mengimplementasikannya sehingga dapat mengurangi keterpaparan dan mencegah penularan dan penyebaran COVID-19.

"Kita mesti bersepakat semua kalau memang mau isolasi mandiri maka semua mesti kompak, kecuali dokter, perawat, polisi, tentara atau tenaga profesional lain yang tidak mungkin dia tidak datang kerja," kata Ari, Senin (16/3).

Tenaga profesional, seperti tenaga kesehatan, memang harus siap sedia memberikan pelayanan kesehatan kepada orang-orang yang membutuhkan sehingga tidak memungkinkan bekerja dari rumah tanpa memeriksa kondisi pasien.

Namun, kata Guru Besar Departemen Ilmu Penyakit Dalam di Fakultas Kedokteran UI itu, untuk meningkatkan efektivitas isolasi mandiri, orang-orang yang seyogyanya bisa mengerjakan pekerjaan dari rumah seperti tugas administratif, sebaiknya bekerja dari rumah. 

Isolasi mandiri bermaksud membatasi interaksi dengan orang lain untuk mengurangi potensi terinfeksi virus corona SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit COVID-19, karena penularan bisa melalui antarorang lewat cairan pernafasan atau droplet. 

Kebijakan Gubernur Jakarta  meliburkan anak-anak dari belajar di sekolah,  harus didukung  pihak-pihak lain dalam menerapkan isolasi mandiri sehingga memberikan manfaat untuk mencegah penularan dan penyebaran COVID-19. 

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meliburkan sekolah selama dua pekan mulai Senin (16/3), guna mencegah penyebaran COVID-19. Sayangnya, anak-anak libur sekolah, tapi orang tua tetap pergi bekerja, dan saat itulah orang tua melakukan kontak dengan berbagai orang yang ditemui di perjalanan pergi dan pulang ke dan dari tempat kerja serta di area tempat kerja.

Ari khawatir jika dalam perjalanan dari rumah ke tempat kerja hingga pulang ke rumah, orang tua tanpa disadari tertular virus Corona dari orang lain, maka saat pulang ke rumah orang tua dapat menularkan ke anak-anaknya, dan anak-anak itu menjadi beresiko untuk terinfeksi penyakit. Potensi seperti itu berpeluang terjadi karena transmisi COVID-19 sudah bersifat lokal di Tanah Air.

Imbauan Presiden Joko Widodo tentang belajar, bekerja dan beribadah di rumah sebenarnya merujuk pada penerapan isolasi mandiri untuk mencegah penyebaran COVID-19 karena kasus positif penyakit ini semakin bertambah. 

Ari berharap ada kerja sama dari pihak perusahaan atau lembaga untuk memungkinkan karyawan bekerja dari rumah dalam rangka mendukung upaya pencegahan penularan COVID-19."Kita memang perlu komitmen semua pihak artinya para pengusaha, perusahaan, para BUMN segala macam mesti kompak kalau close ya close, mesti bekerja di rumah ya bekerja di rumah. Kalau tadi anaknya diliburkan, orang tuanya tidak, ya sama juga bohong," katanya. 

Percuma saja ini sekolah diliburkan tapi apa yang terjadi virus ini bertebaran di mana-mana tertular dari orang-orang karena kita tidak lihat lagi apakah dia dari luar negeri atau tidak. "Sekarang ini transmisinya sudah lokal artinya di lokal sudah ada virusnya," tuturnya.

 

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement