REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- RSUD dr Soekardjo Kota Tasikmalaya telah menyediakan dua ruang isolasi untuk menangani pasien yang terduga terjangkit virus corona jenis baru. Dua ruangan itu terletak pada bagian depan rumah sakit tepatnya di samping Instalasi Gawat Darurat (IGD) dengan akses langsung untuk ambulans masuk ke dalam.
Wakil Direktur RSUD dr Soekardjo, Deni Diyana mengatakan, dua ruang isolasi itu diperuntukan bagi pasien yang diduga terjangkit virus corona. Pasien yang memiliki gejala demam, batuk, dan sesak napas, akan menjalani perawatan sementara di ruang isolasi RSUD dr Soekardjo.
Pasien yang memiliki gejala juga akan diepriksa riwayatnya, pernah pergi ke daerah rawan atau interaksi dengan orang dalam pemantauan (ODP) virus corona atau tidak. "Sudah bisa. Jadi pasien yang ada gejala virus corona akan diamankan di ruang isolasi," kata dia, Senin (16/3).
Adapun penentuan positif atau tidak, Deni mengatakan, RSUD dr Soemardjo tak memiliki kapasitas untuk menentukannya. RSUD dr Soekardjo hanya menerima pasien transit untuk nantinya dirujuk ke rumah sakit rujukan.
"Batas waktu pasien diisolasi itu relatif. Kalau kondisi stabil, membaik, kita bisa pulangkan. Kalau kondisi memburuk, kita rujuk paling lama 22 jam," kata dia.
RSUD dr Soekardjo juga telah menyiagakan tim gerak cepat untuk melakukan penanganan kepada pasien yang diduga terjangkit virus korona. Tim itu dipimpin langsung oleh dokter spesialis penyakit dalam dengan 12 orang perawat. Jika terdapat pasien masuk ke ruang isolasi, tim itu akan menempati pos masing-masing.
Deni menambahkan, pihaknya juga telah menyiapkan alat pelindung diri (APD) untuk para petugas medis. Saat ini terdapat 62 set APD yang tersedia. Stok itu dianggap masih aman untuk melakukan penanganan dalam kondisi saat ini.
"Dalam keadaan sekarang masih cukup. Bisa sampai 10 hari dengan tiga shift jika ada satu pasien. Tapi kita terus koordunasi untuk cadangan," kata dia.
Kendati ruang isolasi di RSUD dr Soekardjo sudah dapat digunakan, tapi pihak rumah sakit tak memiliki persediaan disinfektan. Deni mengatakan, hanya tinggal disinfektan yang belum tersedia di tempatnya. Padahal, cairan itu penting untuk menimimalisir penyebaran virus.
"Karena SOP-nya ketika perawat keluar dari ruang pasien (isolasi) harus disemprot disinfektan. Itu belum tersedia," kata dia.
Menurut dia, penyemprotan disinfektan perlu dilakukan secara berkala untuk membersihkan ruangan isolasi. Bahkan, lanjut dia, di seluruh tempat lain di rumah sakit juga perlu disemprot untuk mengantisipasi penyebaran.
"Idealnya harus ada beberapa galon. Bukan hanya semprot tuang isolasi tapi seluruh kawasan rumah sakit. Kalau keadaan luar biasa, harus disemprot setiap hari idealnya," kata dia.
Deni menyebut, ketiadaan disinfektan di RSUD dr Soekardjo terjadi lantaran pihaknya kesulitan mencari di pasaran. Kita juga saat ini sulit mencari di pasar. Sebab, saat ini terdapat ketidakseimbangan antara permintaan dan persediaan.
Berdasarkan data Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya, hingga saat ini terdapat 12 orang dalam pemantauan (ODP) di Tasikmalaya. Wali Kota Tasikmalaya Budi Budiman mengatakan, angka 12 itu merupakan akumulasi sejak awal mewabahnya virus corona di Indonesia. Namun, saat ini hanya tinggal tujuh orang yang masuk kategori OPD. Sementara lima lainnya sudah dipastikan negatif.
"Belum ada PDP (pasien dalam pengawasan) hingga saat ini," kata dia.
Ihwal stok disinfektan yang sulit dicari, Budi mengimbau masyarakat tak panik buying atau membeli barang tak sesuai peruntukan untuk persediaan. Ia meminta masyarakat hanya membeli sesuai keperluan.
Namun, ia menegaskan, pemkot akan mengucurkan dana untuk membeli keperluan terkait virus corona. "Sudah ada persetujuan pusat, bisa menggunakan dana alokasi khusus di dinas kesehatan. Kita akan data kebutuhannya," kata dia.