REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat, impor dari China ke Jatim pada Februari 2020 turun sebesar 60,45 persen dibanding bulan sebelumnya. Penurunan impor dari China ke Jatim tersebut dipengaruhi mewabahnya virus corona.
Sebagian besar golongan barang HS 2 Digit mengalami penurunan, kecuali pupuk yang jurstru meningkat 108,40 persen. "Terkait pengaruh wabah virus corona terhadap impor dari China, Februari 2020 impor dari China turun sebesar 60,45 persen dibanding Januari 2020. Februari 2020 impor dari China sebesar 196, 95 juta dolar AS, dibanding Januari 2020 sebesar 497.96 juta dolar AS," ujar Kepala BPS Jatim, Dadang Hardiawan di kantornya, Jalan Kendangsari, Surabaya, Senin (16/3).
Secara keseluruhan, nilai impor Jawa Timur pada Februari 2020 mencapai 1,61 miliar dolar AS, turun sebesar 20,56 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Angka tersebut juga mengalami penurunan sebesar 8,20 persen dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya.
Dadang melanjutkan, impor migas pada Februari 2020 ke Jawa Timur mengalami penurunan sebesar 18,46 persen, dari 483,36 juta dolar AS menjadi 394,11 juta dolar AS. Impor migas menyumbang 24,50 persen dari total impor Februari 2020.
Nilai impor nonmigas Jatim juga mengalami penurunan sebesar 21,21 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Yaitu dari 1,54 miliar dolar AS menjadi 1,21 miliar dolar AS. Impor nonmigas menyumbang 75,50 persen total impor Februari 2020 ke Jawa Timur.
Jika dilihat menurut negara asal barang impor, lanjut Dadang, maka Tiongkok tercatat sebagai negara asal barang yang masuk Jawa Timur terbesar selama Februari 2020, dengan peranan sebesar 16,21 persen. Disusul berikutnya dari Argentina dan Amerika Serikat yang memberikan kontribusi pada pasar impor sebesar 8,95 persen dan 7,46 persen.
Selain impor lanjut Dadang, ekspor dari Jawa Timur ke China pada Februari 2020 juga turut terganggu wabah virus corona. Dimana ekspor dari Jatim ke China pada Februari 2020 turun sebesar 40,77 persen dibanding bulan sebelumnya.
Secara keseluruhan, lanjut Dadang, nilai ekspor Jawa Timur pada Februari 2020 mencapai 2,00 miliar dolar AS, atau naik sebesar 11,29 persen dibandingkan Januari 2020 yang hanya 1,80 miliar dolar AS. Dibandingkan Februari 2019, nilai ekspor Jatim juga naik sebesar 18,63 persen.
Apabila dibandingkan bulan sebelumnya, ekspor komoditas nonmigas Jatim naik sebesar 8,30 persen. Yaitu dari 1,76 miliar dolar AS menjadi 1,91 miliar dolar AS. Nilai ekspor nonmigas tersebut menyumbang sebesar 95,31 persen dari total ekspor Februari 2020.
"Begitu pula yang terjadi pada ekspor komoditas migas yang naik sebesar 153,49 persen dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu dari 37,00 juta dolar AS menjadi 93,79 juta dolar AS. Peranan ekspor komoditas migas menyumbang 4,69 persen total ekspor Jawa Timur pada Februari 2020," ujar Dadang.
Berdasarkan catatan tersebut, neraca perdagangan Jawa Timur pada Februari 2020 mengalami surplus sebesar 391,95 juta dolar AS. Surplus ini disebabkan karena adanya selisih perdagangan yang positif. Sektor nonmigas mengalami surplus sebesar 692,27 juta dolar AS, sedangkan sektor migas mengalami defisit sebesar 300,32 juta dolar AS..
"Secara kumulatif, selama Januari-Februari 2020, neraca perdagangan Jawa Timur juga mengalami surplus sebesar 164,63 juta dolar AS. Hal ini disumbangkan oleh selisih perdagangan ekspor-impor di sektor nonmigas yang surplus sebesar 911,32 juta dolar AS, walaupun sektor migas justru mengalami defisit sebesar 746,69 juta dolar AS," kata Dadang.