REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretariat Negara memperketat tata cara masuk kompleks istana kepresidenan. Per Senin (16/3) ini, setiap orang yang masuk kompleks Istana Negara dan Istana Merdeka di Jakarta harus melalui disinfectan chamber atau bilik disinfektan.
Aturan ini berlaku bagi semua pihak, termasuk ASN, pasukan pengamanan presiden, wartawan, bahkan pejabat negara sekalipun.
Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Negara Bey Machmudin menjelaskan, pemasangan bilik disinfektan sebenarnya sudah direncanakan sejak lama. Fasilitas ini dipasang untuk meminimalisir risiko penularan Covid-19 di lingkungan istana. Apalagi, ujarnya, penyakit yang disebabkan virus korona tersebut bisa muncul tanpa disertai gejala sebelumnya.
"Alat ini minimal bisa mengecek secara fisik seseorang dan mudah-mudahan masuk ke Istana dalam keadaan steril," jelas Bey, Senin (16/3).
Setiap tamu yang istana, termasuk pegawai, harus melalui bilik disinfektan untuk disemprotkan cairan pembersihan selama lima detik. Nantinya, pihak istana juga akan menempatkan thermal scanner untuk melengkapi bilik disinfektan. Tamu yang ditengarai tidak memiliki demam, diperbolehkan untuk masuk kompleks istana dengan masuk ke dalam bilik disinfektan.
"Thermal scanner ini tersedia dua atau tiga hari lagi," ujarnya.
Belajar dari Menhub Budi Karya
Pihak istana kepresidenan tentu mengambil pelajaran dari temuan bahwa Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi positif Covid-19. Bey menjelaskan, protokoler kepresidenan sebenarnya sudah menerapkan aturan bahwa siapun tamu dengan suhu tubuh di atas 37,5 derajat Celcius tidak diizinkan masuk. Selama ini, ujar Bey, Menhub sudah memenuhi syarat ini.
"Orang yang positif itu kan sekarang bisa dengan gejala minimal. Pak BKS itu 37,1 derajat, 37,2 derajat. Artinya sesuai kata Pak Yuri (Jubir Covid-19) bahwa virus corona itu kan bisa tanpa gejala demam juga. Tapi memang Pak BKS itu kan sudah ada tifus dan asma," jelasnya.
Bilik disinfektan ini, menurut Bey, punya peran untuk menekan risiko penyebaran di dalam kompleks istana. Fasilitas ini berfungsi untuk mengurangi kuantitas bakteri dan kuman yang menempel di tubuh dan pakaian para tamu.
"Ini cara kita mendeteksi secara dini, minimal ada upaya-upaya pensterilan seperti itu," jelasnya.
Namun di luar berbagai alat untuk mengurangi risiko penyebaran Covid-19 ini, Bey mengajak seluruh masyarakat untuk menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat. Yang terpenting menurutnya adalah menjaga daya tahan tubuh, termasuk dengan mencuci tangan secara teratur, makan makanan yang bergizi, dan cukup istirahat.
"Karena cara pertama mencegah penyebaran dari virus corona ini adalah dengan meningkatkan daya tahan tubuh," jelasnya.