Kamis 12 Mar 2020 22:23 WIB

RSPI Berikan Pendampingan Psikologi ke Pasien Corona

Ada dua pasien yang memerlukan bantuan psikologis.

Warga berjalan menggunakan masker di RSPI Sulianti Saroso, Jakarta, Selasa (10/3/2020).(Antara/Aprillio Akbar)
Foto: Antara/Aprillio Akbar
Warga berjalan menggunakan masker di RSPI Sulianti Saroso, Jakarta, Selasa (10/3/2020).(Antara/Aprillio Akbar)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  -- Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso memberikan pendampingan psikologi bagi para pasien yang sedang menjalani isolasi COVID-19.

Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi dari Instalasi Rehabilitasi Medik RSPI Sulianti Saroso, Andi Dala Intan Sapta Nanda, menyebut kini ada dua pasien dengan gangguan kecemasan yang memerlukan pendampingan psikologis.

"Ada gangguan cemas dan depresi terselubung, sehingga terjadi seperti semacam gangguan penyesuaian yang akan kami elaborasi lagi untuk kami lakukan pendampingan khusus secara psikologis," ujar Dala di Jakarta, Kamis.

Dala menyebut tim dari Instalasi Rehabilitasi Medik RSPI Sulianti Saroso berasal dari para dokter spesialis kedokteran fisik, rehabilitasi dan keterapian fisik, serta para psikolog.

Sementara itu, Psikolog Barita Ulina mengatakan pendampingan psikolog para pasien isolasi COVID-19 diperlukan untuk mempercepat masa penyembuhan serta meningkatkan imunitas tubuh.

"Ketika si pasien ini mengalami kondisi psikologis yang ringan, sedang, ataupun berat, itu pasti mempengaruhi juga fisiknya. Kalau kita mengalami kecemasan pasti imunnya juga bisa menurun, tidak berlaku hanya untuk pasien Corona saja," ujar Barita.

Barita menyebut pasien-pasien yang tidak mengalami pergerakan selama perawatan, maka bisa terjadi gangguan cemas atau depresi. Pihak rumah sakit tetap mengelaborasi kasus tersebut.

Kemudian, teknik yang dilakukan anggota tim tersebut dalam pendampingan psikologi di antaranya melalui interkom, lewat telepon dan monitor, atau kontak langsung dengan pasien.

Sementara ini, untuk mengantisipasi pasien yang tidak mengalami pergerakan selama perawatan, pihak rumah sakit memberikan video edukasi latihan atau olahraga ringan supaya pasien dapat melakukan gerakan tersebut dengan frekuensi intensif dan bertahap.

Pihaknya meminimalisir kontak dengan pasien, kecuali jika memerlukan kontak langsung kepada pasien. "Jadi pasien tidak boleh tidak bergerak selama masa perawatan," ujar dia

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement