REPUBLIKA.CO.ID, MADIUN -- Harga komoditas gula pasir di pasar tradisional Kabupaten Madiun, Jawa Timur telah menembus angka Rp 17.000 per kilogram. Harganya naik sekitar Rp 3.500 dari pekan lalu yang mencapai Rp 14.000 per kilogram.
"Kenaikan harga gula pasir semakin tak terkendali. Sekarang sudah di kisaran Rp 16.500 hingga Rp 17.000 per kilogram. Padahal harga normalnya mencapai Rp 12.000 per kilogram," ujar Ali Mustofa, seorang pedagang sembako di Pasar Baru Caruban, Kabupaten Madiun, Kamis (12/3).
Menurut dia, kenaikan harga gula pasir yang melambung tersebut telah terjadi sejak dua pekan terakhir. Beruntung, meski harga tinggi, stok di pasaran tidak sulit.
Pihaknya mengaku tidak tahu alasan mengapa harga gula pasir naik signifikan. Kondisi tersebut membuatnya tidak berani kulakan dalam jumlah banyak. Hal itu untuk menghindari kerugian.
Kepala Bidang Perdagangan, Dinas Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Mikro (Disperdakop-UM) Kabupaten Madiun Toni Eko Prasetyo mengatakan melambungnya harga gula pasir itu terjadi secara nasional.
Kami sudah melayangkan surat ke pemerintah provinsi untuk mengadakan operasi pasar agar harga gula pasir stabil," kata Toni.
Dia menjelaskan bahwa gula pasir yang beredar di pasaran saat ini merupakan hasil penggilingan pabrik pada tahun lalu. Sementara tahun ini belum ada proses giling. Selain itu, melejitnya harga gula hingga mencapai Rp 17.000 dipicu karena sebaran virus corona (Covid-19).
"Kemungkinan juga dampak dari corona. Sehingga, impor gula tidak boleh sembarangan, harus hati-hati," kata dia lebih lanjut.
Ia menambahkan, jika melihat tren dalam satu minggu terakhir terjadi lonjakan dari Rp 14.000 menjadi Rp17.000 per kilogram, ada kemungkinan harga akan terus naik.
Untuk mengatasi persoalan itu, disperdakop akan menggelar pasar murah dalam waktu dekat. Selain itu juga melakukan monitoring dan evaluasi (monev) tentang perkembangan harga gula pasir di pasaran.