REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyebut masyarakat Indonesia senang mengonsumsi berita atau senang ngerumpi, tapi tidak suka menulis.
Menurut Ridwan Kamil, hal tersebut menjadi salah satu indikasi rendahnya literasi. Pemprov Jabar pun, telah menerapkan program satu Perpustakan satu Desa.
"Masyarakat Indonesia adalah masyarakar rumpi namun tidak suka menulis. Ini merupakan tantangan untuk pemerintah. Kami sudah menerapkan program sati desa satu oerpustakaan untuk meningkatkan indeks literasi di lingkup masyarakat Jabar," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil saat membuka Seminar Nasional di Aula Gedung Sate Jawa Barat (12/3)
Emil pun menjelaskan, dampak positif dan negatif era derupsi media, dalam konteks media banyak inovasi yang dapat dikembangkan untuk mensosialisasikan suatu produk maupun program.
"Kita sudah menerapkan system kehumasan di lingkup pemerintahan Jawa Barat untuk memiliki media yang setiap harinya mempublish 40 konten informasi terkait realisasi program, tentu dengan kaedah jurnalistik," katanya.
Emil menilai, dampak dari derupsi itu akan menghapus sejumlah profesi yang sistem kerjanya dilakukan secara berulang-ulang dengan aktivitas yang sama.
"Sejumlah profesi akan hilang digantikan oleh digitalidasi, bagi wartawan tentu aman, karena bekerja dengan dinamis, setiap hari menyuguhkan konten baru," katanya.
Di era digital ini pun, kata dia, banyak kejahatan digital, renternir juga online, bahkan banyak orang-orang stres ditagih hutang akibat distrupsi digital ini. "Saat ini kata viral yang paling ditakuti semua orang," katanya.
Selain itu, kata dia, akibat era transparansi ini banyak berita hoaks tersebar. Oleh karena itu, Pemprov Jabar membuat Cyber hoaks yang tugasnya memposting berita hoaks setiap hari.
"Hoaks ini, mengikuti tema. Dulu politik, sekarang hoaks bergeser ke isu terdekat yaitu kesehatan," katanya.