REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Raja Belanda Willem Alexander bersama Permaisurinya Ratu Maxima berkesempatan hadir dan menutup acara dialog lintas iman yang diselenggarakan "Indonesian Consortium for Religious Studies" (ICRS) bekerja sama dengan Kedutaan Besar Belanda di Museum Candi Prambanan, Rabu (11/3) sore.
Raja dan Ratu Belanda tiba di Museum Candi Prambanan sekitar pukul 17.00 WIB dan langsung menuju ke Pendopo Museum Candi Prambanan dan menutup kegiatan Dialog Lintas lman yang bertajuk "Kebebasan Beragama dan Harmoni di Indonesia: Harapan dan Tantangan" tersebut.
Koordinator Utama kegiatan dialog lintas iman Dr Dicky Sotian mengatakan dialog lintas lman ini sangat istimewa karena kehadiran Yang Mulia Raja Willem Alexander dan Yang Mulia Ratu Maxinia Zorreguieta Cerruti dari Kerajaan Belanda, Menteri Luar Negeri Belanda Stef Blok serta Duta Besar Lambert Grijns dari Kedutaan Besar Kerajaan Belanda di Jakarta.
"Kehadiran Raja dan Ratu Belanda ini juga penting karena kita sebagai sebagai Bangsa Indonesia bangga dan ingin menunjukkan kemajemukan agama kita. Meski demikian, kita iuga menyadari bahwa banyak tantangan yang masih harus kita lalui bersama sebagai perwakilan dari berbagai komunitas iman yang ada," terangnya.
Menurut dia, saat ini Indonesia telah melalui masa lebih dari dua dekade reformasi dan demokrasi. Semenjak pergantian pemerintahan pada 1999, agama masih tetap menjadi isu sensitif bagi negara.
"Berbagai kebijakan negara telah dilembagakan untuk mengelola keragaman agama dan komplelfsitas sosio-politik serta budaya. Tindakan-tindakan ini perlu diambil demi kepentingan negara dan masyarakat," tambahnya.
Ia mengatakan, kegiatan dialog ini diharapkan dapat mempertemukan para cendekiawan dan aktivis di bidang agama, serta pihak-pihak terkait dalam diskusi menarik.
"Forum diskusi ini diharapkan mampu mengangkat kembali peran dan fungsi utama agama, keyakinan dan kepercayaan yaitu untuk memanusiakan manusia melalui jalan membantu manusia untuk sadar akan eksistensinya dan semakin mengenali dirinya sendiri dalam upaya menghindari proses dehumanisasi," lanjutnya.
Menurut dia, kegiatan dialog lintas iman ini penting karena mempertemukan semua komunitas keagamaan yang ada di Yogyakarta dan sekitarnya.
"Melalui kegiatan ini, kita bisa mendiskusikan secara bersama-sama dan terbuka beragam permasalahan yang kita hadapi bersama terkait dengan kebebasan dan kerukunan beragama," sebutnya.