Rabu 11 Mar 2020 03:05 WIB

RS Muhammadiyah Bisa Jadi Rujukan Pertama Gejala Corona

Ada 20 RS Muhammadiyah siap jadi rujukan pertama pasien gejala Corona

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Ketua Muhammadiyah Covid-19 Command Center dr Corona Rintawan, SpEM (tiga kanan) bersama tim Muhammadiyah Covid-19 Command Center memberikan keterangan terkait penaggulangan Covid-19 di Gedung Pusat Muhammadiyah, Jakarta, Selasa (10/3).(Republika/Prayogi)
Foto: Republika/Prayogi
Ketua Muhammadiyah Covid-19 Command Center dr Corona Rintawan, SpEM (tiga kanan) bersama tim Muhammadiyah Covid-19 Command Center memberikan keterangan terkait penaggulangan Covid-19 di Gedung Pusat Muhammadiyah, Jakarta, Selasa (10/3).(Republika/Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rumah Sakit (RS) Muhammadiyah bisa menjadi rujukan pertama pasien yang gejala sakitnya mirip terjangkit virus corona atau Covid-19. Ada 20 RS Muhammadiyah siap jadi rujukan pertama yang tersebar di DKI Jakarta, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatra, dan Kalimantan.

Wakil Ketua Tim Muhammadiyah Bidang Layanan Kesehatan, Dokter Aldila S Al Arfah menyampaikan, RS Muhammadiyah siap dalam penanganan dini wabah Covid-19. Artinya harus bisa deteksi dini untuk menilai pasien yang dicurigai terjangkit Covid-19 atau tidak. Selanjutnya harus bisa melakukan penanganan awal sesuai dengan gejala sakitnya.

"Kalau gejalanya batuk dan pilek ya kita berikan penanganan batuk-pilek, kalau sesak nafas ya kita berikan bantuan nafas, setelah itu bisa dirujuk ke RS rujukan pemerintah maka kita akan rujuk," kata Dokter Aldila kepada Republika di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Selasa (10/3). 

Ia menyampaikan, RS Muhammadiyah bisa menjadi RS rujukan awal. Misalnya masyarakat, komunitas dan klinik merujuk pasien yang gejala sakitnya mirip Covid-19 ke RS Muhammadiyah. Tapi RS Muhammadiyah hanya melakukan penanganan awal, selanjutnya akan merujuk pasien bila harus dirujuk ke RS rujukan pemerintah. Sehingga Muhammadiyah tidak mengambil porsi pemerintah.

"Porsi pemerintah penanganan lanjutan, kami hanya penanganan awal, tapi RS Muhammadiyah harus siap dengan rencana kontinjensi yakni rencana bencana terburuk, kalau ada kondisi terburuk kita harus siap juga, misalnya kita harus mengosongkan satu bangsal untuk pasien khusus terkait Covid-19," ujarnya.

Dokter Aldila menginformasikan, sejauh ini belum ada pasien diduga terjangkit wabah Covid-19 di RS Muhammadiyah. Status mereka masih pasien dalam pemantauan (PDP). Karena pasien yang ditangani RS Muhammadiyah belum sampai pada kondisi sakit berat atau sesak nafas.

Terkait sebaran PDP, dia mengatakan, belum bisa disampaikan kepada publik. Tapi sudah ada yang melaporkan di daerah Jawa Tengah sudah ada beberapa pasien yang dalam pemantauan. PDP gejala umumnya seperti flu tapi bisa berupa flu ringan dan berat. 

"Sebagai contoh pasien yang positif terjangkit Covid-19 di Indonesia (yang disampaikan pemerintah) tidak ada yang sakit berat. Kalau tidak salah hanya dua orang yang sampai pasang infus, sementara yang lainnya hanya pengawasan biasa," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement