Senin 09 Mar 2020 10:25 WIB

Motor Jadul Pun Butuh Oli Berkualitas

Oli yang dipilih harus sesuai dengan karakter motor jadulnya.

Rep: Arie Lukihardianti / Red: Agus Yulianto
Pengunjung berswafoto dengan latar belakang motor jadul dan antik.
Foto: Antara/Nyoman Hendra Wibowo
Pengunjung berswafoto dengan latar belakang motor jadul dan antik.

REPUBLIKA.CO.ID, Bagi Suparno (48 tahun), sepeda motor jadul Honda C-70 ibarat belahan jiwa. Sejak 10 tahun lalu, rasa cintanya terhadap bekjul--sebutan populer bagi Honda C-70--terus tumbuh hingga membuatnya mengoleksi lima sepeda motor jadul itu.

“Awalnya saat saya masih di Cirebon kok tiba-tiba saja tertarik punya bekjul. Iya sih, memang semula ada kekhawatiran soal mesin, suku cadang dan performa motor jadul," ujar Suparno kepada Republika belum lama ini.

Menurut Suparno, karena kecintaan terhadap Bekjul, ia pun mencoba merakit sendiri satu motor. "Setelah ke sini, ternyata aman-aman saja. Akhirnya keterusan sampai sekarang malah punya 5 bekjul,” katanya.

Memang, kata Suparno, motor bekjul jadul itu tidak dipergunakan sebagai sarana transportasi sehari-hari. Untuk menunjang mobilitasnya, Suparno lebih banyak menggunakan sepeda motor matic keluaran terbaru.

Motor jadul, kata dia, hanya digunakan sesekali lagi. Paling tidak dalam sepekan dua kali secara bergantian. Jadi, bekjuk buatan tahun 1972, 1975, dan 1978 itu pun tetap dipakai menunjang aktivitasnya sebagai jurnalis daring di Kota Bandung. Sering kali, demi liputan mengejar narasumber, motor bekjul itu harus dipakainya hingga berkilometer-kilometer jauhnya.

"Beberapa kali bahkan bekjul-nya dipakai ikut touring ke berbagai daerah di Jawa Barat. Sedangkan touring terjauh memang baru sampai Kendal Jawa Tengah," katanya.

Terbukti, kata dia, motor jadul itu nyaris tidak pernah rewel. Semua itu karena memang laiknya belahan jiwa, semua motor jadul itu diberlakukan istimewa. Lelaki yang tinggal di kawasan Padalarang Kabupaten Bandung Barat ini merawat motor-motor jadul miliknya dengan seksama.

Menurutnya, dipakai atau tidak dipakai bekjul itu tetap dipanasi selama minimal 5 menit. Kalau tidak dipakai, proses pemanasan dilakukan dua hari sekali.   “Biasanya, saya selah-selah sampai sepuluh kali, baru dihidupkan. Itu biar olinya menyebar ke mesin-mesin sehingga mesin tidak cepat rusak,” katanya.

Hal terpenting dalam perawatan motor jadulnya, kata dia, adalah rutinitas ganti oli. Menurut Suparno, dipakai atau tidak dipakai semua motor jadulnya itu olinya selalu rutin diganti.

Durasinya tentu berbeda antara yang sering dipakai dengan bekjul yang jarang dipakai. Setidaknya penggantian oli dilakukan kurang lebih tiga sampai empat bulan sekali.

Kenapa bekjul yang tidak dipakai rutin tetap harus ganti oli? Menurut Suparno, kekentalan oli tetap harus diperhatikan supaya tidak merusak mesin. 

Ia tidak mau mengambil risiko motor jadul kesayangannya mesinnya rusak karena kekentalan oli. Oleh karenanya, kendati jarang dipakai, Suparno tetap rutin mengganti oli motor jadulnya.

Hal itu, kata dia, terbukti mampu memelihara kondisi mesin. Berikut performa motor jadulnya tetap selalu oke dan tidak pernah rewel ketika dipakai.

“Kalau ditanya oli apa yang saya pilih, sebenarnya saya tidak pilih-pilih merek tertentu. Yang penting cocok dengan mesin motor saya yang tentu saja mesin jadul juga. Tentu saja harus oli yang berkualitas. Tidak sembarangan,” papar  Suparno.

Hal  serupa, kata dia, diungkapkan oleh Iwan Rukwanda (63), yang memiliki dua motor jadul yakni bekjul tahun 1973 dan Vespa keluaran tahun 1971.  Menurut Abah Iwan –panggilan akrab pensiunan pegawai salah satu stasiun radio nasional ini- perawatan motor jadulnya memang selalu menggunakan oli yang kualitasnya sudah terjamin.

“Ya harus pakai oli yang kualitasnya bagus. Soal harga mahal tidak apa-apa, asal kualitasnya bagus. Biar mesin motor tidak rusak,” sebut Abah Iwan yang tinggal di bilangan Soekarno-Hatta Kota Bandung ini. Sebab, jika mesin motor jadulnya rusak, maka biaya perbaikannya justru lebih menguras dompetnya.

Setidaknya, kata dia, setiap 1.000 Km, ia selalu mengganti oli mesin motornya. Perawatan yang baik itulah yang membuat motor kesayangannya bekjul warna merah itu tetap mampu dipakai di jalan menanjak di kawasan Ciater.

Oli yang dipilih itu harus  sesuai dengan karakter motor jadulnya. Karena  lebih banyak dipakai untuk berkendara santai, maka yang dipilih adalah oli yang bisa membuat motor berakselerasi kencang. Oli juga tidak boleh membuat mesin cepat panas.

Selain itu,  kata dia, produk oli yang ber-SNI yang dipilihnya. Produk oli ber-SNI merupakan garansi kualitas oli-nya. Yakni, oli ber-SNI buatan pabrikan lokal Pertamina Lubricants yang dipilih keduanya. Baik Fastron maupun Enduro  dipergunakan  merawat mesin motor jadul kesayangan mereka.

Menurut Direktur Sales & Marketing PT Pertamina Lubricants, Andria Nusa, sertifikasi SNI merupakan bentuk jaminan perlindungan konsumen. “Selain itu, kualitas pelumas (oli) bisa dikontrol,” ujar Andria sebagaimana dikutip dari laman perusahaan.

Hingga 2019 lalu, sebanyak 192 produk oli Pertamina Lubricants telah memperoleh SNI wajib maupun sukarela. SNI juga merupakan bentuk kontrol dan evaluasi kualitas sehingga produk oli yang dihasilkan memang prima dan berkualitas sesuai kebutuhan konsumen.

Bersepeda motor jadul  kini telah menjadi tren gaya hidup. Jumlah komunitas maupun pengguna sepeda motor jadul terus bertambah. Suparno mengatakan, berkendara motor jadul membuatnya jadi pusat perhatian.

Selain itu, kata dia, gengsinya ikut naik. Mengingat tidak semua orang bisa memiliki motor jadul. Bukan hanya karena jumlahnya yang terbatas, tetapi  juga harganya yang bahkan bisa lebih mahal dibandingkan motor baru.

“Gaya hidup bermotor jadul semakin tren. Ini  adalah  peluang bagi pabrikan oli untuk memproduksi oli khusus motor jadul. Oli yang sesuai dengan karakter mesin motor jadul yang berbeda dengan motor zaman sekarang. Kalau  ada oli khusus motor jadul, pasti saya pilih memakainya buat bekjul koleksi saya,” papar Suparno.

Pendapat Suparno itupun diamini oleh Abah Iwan dengan mengatakan kalau pakai motor jadul sebagai gaya hidup, maka pakai oli khusus motor jadul adalah gaya hidup pemilik motor jadul. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement