Senin 09 Mar 2020 00:10 WIB

Menteri LHK Apresiasi PLN Manfaatkan Sampah untuk Energi

PLN bersama Indonesia Power mengembangkan penggunaan pelet sampah untuk PLTU.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya (kanan) mengapresiasi PLN karena memanfaatkan sampah untuk energi.
Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya (kanan) mengapresiasi PLN karena memanfaatkan sampah untuk energi.

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar mengapresiasi upaya PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) karena mampu memanfaatkan sampah menjadi bahan bakar untuk memproduksi energi listrik di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat.

"Setelah dilihat, bagus sekali karena mesin pembuat pelet sampah dibuat sendiri dan tekniknya dengan fermentasi. Kemudian, hasilnya bisa menjadi substitusi batu bara untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU)," kata Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar ketika meninjau lokasi pembuatan pelet sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kebon Kongok, Kabupaten Lombok Barat, Ahad (8/3).

Baca Juga

Seperti diketahui, PLN bersama anak usahanya, Indonesia Power, mengembangkan penggunaan pelet sampah untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jeranjang berkapasitas 3 x 25 megawatt (MW), yang berlokasi di Desa Taman Ayu, Kabupaten Lombok Barat.

Menurut Siti, pengolahan sampah sangat bagus karena tidak hanya bisa menjadi bahan bakar untuk menghasilkan energi listrik, tetapi juga bisa menjadi bahan bakar gas. Secara nasional, kata dia, pengembangan energi baru terbarukan sedang diintensifkan oleh Presiden Joko Widodo bersama beberapa kementerian terkait.

"Kita memang sudah harus mengawali itu karena emisi gas rumah kaca batu bara dinilai seharusnya sudah bisa dikendalikan," ujarnya.

Oleh karena itu, Siti melanjutkan, langkah yang sudah dilakukan PLN sudah sangat baik dan menjadi contoh konkret di lapangan. Hasilnya juga sudah terlihat. Nantinya masyarakat pun akan dapat manfaat.

Ia juga meminta agar pengolahan sampah menjadi pelet di TPA Kebon Kongok bisa ditingkatkan dari 30 ton menjadi 100 ton per hari, bahkan bisa menjadi 200 ton per hari seperti keinginan Gubernur NTB. Pasalnya, volume sampah di TPA Kebon Kongok mencapai 300 ton per hari.

"Saya kira pembuatan pelet sampah tersebut contoh yang baik. Kami akan dorong terus dan akan mendukung. Kalau perlu dibuatkan semacam kawasan untuk pusat latihan dan lain-lain," kata Siti.

Gubernur NTB H Zulkieflimansyah juga mengapresiasi upaya PLN yang ikut mendukung penanganan persoalan sampah di daerahnya. "Apa yang sudah dilakukan juga menjadi bukti keseriusan dan keberhasilan PLN menjadikan sampah sebagai salah satu bahan bakar untuk menghasilkan energi listrik," ujarnya.

Sementara itu, Direktur Bisnis PLN Regional Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara, Ahmad Rofiq, mengatakan, pembuatan pelet sampah sebagai bahan bakar untuk memproduksi energi listrik merupakan implementasi dari program Jeranjang Olah Sampah Setempat (JOSS). Program tersebut dilaksanakan bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi NTB dalam hal pendampingan kepada pengelola TPA Kebon Kongok.

"Selama ini, PLTU Jeranjang menggunakan 100 persen batu bara. Tapi, sekarang bisa disubstitusi dengan pelet sampah sebanyak 60 ton per hari sebagai pengganti batu bara," katanya.

General Manager PLN Unit Induk Wilayah NTB Rudi Purnomoloka menambahkan, pihaknya berkolaborasi dengan Pemerintah Provinsi NTB karena memiliki program bebas sampah (zero waste). Program bebas sampah tersebut juga bisa menjadi energi dan bisa mengarah kepada ecotourism.

"Program tersebut bisa terus dikembangkan. Bahkan, Gubernur NTB ingin semua desa membuat pelet sampah untuk mandiri energi. Tidak hanya untuk listrik, tapi juga untuk bahan bakar kompor briket dan gas," kata Rudi.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement