Ahad 08 Mar 2020 12:37 WIB

Aksi Pembunuhan karena Terinspirasi Film, Ini Kata Psikolog

Banyak melihat film sadis bisa tingkatkan toleransi terhadap kekerasan. 

Rep: Mabruroh/ Red: Indira Rezkisari
Konferensi pers terkait kasus pembunuhan bocah lima tahun yang dilakukan oleh seorang remaja. Dalam konferensi pers di Mapolres Jakarta Pusat, Sabtu (7/3) itu polisi menunjukan sejumlah barang bukti berupa gambar dan tulisan curahan hati dari tersangka.
Foto: Republika/Flori Sidebang
Konferensi pers terkait kasus pembunuhan bocah lima tahun yang dilakukan oleh seorang remaja. Dalam konferensi pers di Mapolres Jakarta Pusat, Sabtu (7/3) itu polisi menunjukan sejumlah barang bukti berupa gambar dan tulisan curahan hati dari tersangka.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Remaja 15 tahun berinisial NF mengaku melakukan pembunuhan kepada anak tetangganya berusia lima tahun. Berdasarkan keterangan kepolisian, remaja tersebut mengaku melakukan kejahatannya karena terinspirasi dari menonton film.

Psikolog Anak dan Keluarga, Anna Surti Ariani mengatakan dugaan mengenai seringnya aktivitas anak tersebut menonton film yang dikabarkan menjadi inspirasinya dalam melakukan aksi pembunuhan memang perlu diperdalam lagi. Karena kata Anna, berawal dari seringnya anak nonton film dengan tema-tema kekerasan dan sadis akan membuat anak tersebut menjadi bertoleransi dengan kekerasan.

“Bagaimana pun film-film sadis kalau itu banyak sekali bahkan menjadi hobi itu meningkatkan toleransi terhadap kekerasan. Artinya dia jadi lebih bertoleransi kalau ada kekerasan. Suatu kekerasan menjadi dianggap biasa saja karena asupan film yang ditonton kalau betul dia sering menonton ya, jadi cenderung merasa lebih biasa melihat sesuatu yang keras yang kasar,” jelas Anna dalam sambungan telepon, Ahad (8/3).

Namun lanjut dia, harus dilakukan pemeriksaan kembali maksud dari kata sering tersebut. Karena terang Anna, bisa saja seseorang tersebut menonton film degan tema sadis setiap setahun sekali.  

“Misalnya, ‘oh iya saya sering banget’ sudah seberapa sering sih? ‘Ya setahun sekali deh,” ujar Anna mencontohkan.

“Itu bisa saja dibilang sering, karena orang-orang lainnya tidak pernah. Makanya betul tetep perlu dicek (periksa) kepada yang bersangkutan,” ucapnya.

Anna melanjutkan, penyebab lainnya yang bisa melahirkan perilaku kekerasan hingga pembunuhan karena dilandasi dengan budaya dan kebiasaan di lingkungan tempat tinggalnya. Misalnya ada kekerasan di dalam tempat tinggal anak dan anak sering melihat kekerasan tersebut.

“Misalnya di rumahnya dia atau di lingkungan tempat tinggal dia cukup banyak kekerasan yang dia alami, dipukul, ditendang dan tidak ada penanganan khusus (akan) hal tersebut, maka itu bisa juga meningkatkan tolenasi terhadap kekerasan,” jelas Anna.

“Artinya kita juga harus mencermati diri kita karena membangun budaya kekerasan di dalam budaya kita sendiri. Itu yang perlu kita kurang bersama-sama,” ungkap Anna.

Anna sendiri belum bisa menyimpulkan perilaku keji NF tersebut karena tidak melakukan pemeriksaan langsung kepada pelaku. Karena menurutnya untuk melihat kondisi kejiwaan pelaku harus dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu.

“Untuk bisa benar-benar tahu orang ini kayak bagaimana perlu ada pemeriksaan dulu, kita tidak betul menebak-nebak gitu, tapi memang ada beberapa dugaan,” ungkapnya.

Sebelumnya, remaja berinisial NF ini tega membunuh APA (5) karena terinspirasi dari sebuah film pembunuhan. Peristiwa itu diketahui terjadi di rumah NF di wilayah Sawah Besar, Jakarta Pusat, pada Kamis (5/3).

"Tersangka melakukan (pembunuhan) dengan kesadaran dan dia terinspirasi, kalau berdasarkan tadi kita wawancara, dia (melakukan pembunuhan) terinspirasi oleh film," kata Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Heru Novianto di Sawah Besar, Jakarta Pusat, Jumat (6/3) sore.

Heru mengungkapkan, APA datang ke rumah tersangka. Tersangka kemudian membunuh korban dengan cukup keji, yakni ditenggelamkan ke dalam bak mandi selama lima menit.

 

"Jadi, si anak (korban) diajak ke kamar mandi kemudian disuruh mengambil mainan yang ada di dalam (bak mandi). Anak itu diangkat dan dimasukkan ke dalam bak, baru ditenggelamkan," ungkap Heru.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement