Ahad 08 Mar 2020 01:00 WIB

Sandi: Wabah Corona Momentum Kuatkan Pasokan Pangan Nasional

"Saatnya kita bangun kekuatan pertanian, perikanan," kata Sandi.

Pengusaha yang juga mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Salahuddin Uno (kanan) menjadi pembicara dalam diskusi Perspektif Indonesia di Jakarta, Sabtu (7/3/2020).
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Pengusaha yang juga mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Salahuddin Uno (kanan) menjadi pembicara dalam diskusi Perspektif Indonesia di Jakarta, Sabtu (7/3/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengusaha nasional Sandiaga Salahuddin Uno menilai penyebaran virus corona sekarang ini dapat menjadi peluang untuk menguatkan pasokan pangan dari dalam negeri. Ia juga menyarankan pemerintah meningkatkan komunikasi publik.

"Kita harus melihat ini sebagai peluang menguatkan kemandirian pasokan pangan dari dalam negeri. Saatnya kita bangun kekuatan pertanian, perikanan," ujarnya dalam keterangan resmi di Jakarta, Sabtu (6/3).

Ia menambahkan, mulai dari petani hingga badan usaha milik negara (BUMN) yang bergerak di bidang pangan harus lebih erat lagi melakukan kolaborasi untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional. "Petani, BUMN pangan, BUMN perkebunan, semua value chain pangan, tunjukkan patriotisme jadi solusi," ucapnya.

Sandiaga menceritakan, saat menjabat Wakil Gubernur DKI Jakarta, dirinya pernah mengalami kenaikan harga cabai hingga menembus Rp200 ribu per kilogram (kg). Ketika dirinya melakukan pengecekan ke daerah penghasil cabai, Pemda DKI langsung membelinya untuk jangka waktu setahun agar bisa menekan harga di Jakarta.

"Pun dengan beras dan telur. Saya harus safari ke lumbung-lumbung produksi komoditas tersebut agar pasokan di Jakarta terpenuhi dan harga beli di masyarakat tak mahal," paparnya.

Sandi, demikian ia biasa disapa juga mengatakan bahwa di tengah kekhawatiran virus corona saat ini, pemerintah disarankan untuk menyiapkan paket kebijakan ekonomi antivirus. Pertumbuhan ekonomi, lanjut dia, dalam jangka pendek mengarah pada penurunan. Diprediksi, pertumbuhan ekonomi global terpangkas sampai 0,4 persen.

Indonesia, ia mengatakan, harus mengantisipasi pertumbuhan di bawah lima persen. Kondisinya bisa mengarah seperti krisis keuangan pada 2008 lalu.

"Kita harus siapkan paket kebijakan ekonomi antivirus. Memberikan stimulasi untuk menggerakkan roda ekonomi. Kalau perlu seperti di Hongkong, direct targeted transfer, ekonomi rebooted lewat konsumsi dan peran UMKM, kebijakan pajak yang lebih berorientasi menggairahkan investasi," paparnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement