REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Virus corona sejak Desember lalu telah menginfeksi lebih dari 100 ribu orang secara global. Lebih dari 3.000 orang di antaranya meninggal dunia.
Meski demikian, data Badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa tingkat kematian akibat Coronavirus disease (COVID-19) itu jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan tiga virus lain yang pernah mewabahi dunia. Yakni Middle Eest respiratory sybdrome (MERS), severe acute respiratory syndrome (SARS), dan Ebola virus desease (EVD).
Berikut datanya yang Republika.co.id rangkum dari situs resmi WHO, Sabtu (7/3).
1. COVID-19 (data per 7 Maret 2020)
Jumlah kasus: 101.828
Kematian: 3.483
Tingkat kematian: 3,4 persen
Negara berkasus: 92 (termasuk Indonesia)
2. MERS (data 2012-2020)
Jumlah kasus: 2.519
Kematian: 866
Tingkat kematian: 34,3 persen
Negara berkasus: 27
3. SARS (data 2002-2003)
Jumlah kasus: 8.096
Kematian: 774
Tingkat kematian: 9,6 persen
Negara berkasus: 26 (termasuk Indonesia)
4. EVD (data selama mewabah 2014-2016)
Jumlah kasus: 28.610
Kematian: 11.308
Tingkat kematian: bervariasi antara 25-90 persen saat mewabah
Negara berkasus: 3
Menurut dr Pande Putu M.Gizi SpGK AIFO dari Indonesia Sports Medicine Centre (ISMC), Covid-19 memang lebih cepat menyebar, namun angka kematiannya sangat rendah. Jadi, kata dia, tak benar jika disebut Covid-19 ini sama tingkat mematikannya dengan SARS.
"Sekarang di otak kita, jangan berpikir Covid-19 ini sangat mematikan," kata Pande ketika memberikan sosialisasi terkait Covid-19 di Kantor Republika, Jakarta, Jumat (6/3).
Pande menuturkan, rata-rata kematian karena Covid-19 itu juga disertai komplikasi penyakit lainnya. Penyakit penyertanya itu adalah sindrom metabolik. Yakni, diabetes dan hipertensi beserta turunannya seperti sakit ginjal, jantung dan diabetes. "Karena gangguan hipertensi menyebabkan gangguan pada sistem paru, jantung, otak dan ginjal. Dari situlah virus ini (Covid-19) semakin melemahkan dan semakin memperburuk kondisi si pasien," ujarnya.
Ia menambahkan, rata-rata angka kematian akibat Covid-19 cenderung meningkat seiring dengan usia pasien. Pasien meninggal kebanyakan berusia 50 tahun ke atas.