Senin 02 Mar 2020 20:19 WIB

Jalur Garut-Pameungpeuk Baru Bisa Dilalui Satu Lajur

Petugas masih melakukan pengaturan lalu lintas di Jalur Garut-Pameungpeuk

Rep: Bayu Adji P/ Red: Esthi Maharani
Batu besar sisa material longsoran masih menutup badan Jalan Garut-Pameungpeuk, Kabupaten Garut, Senin (2/3) sore.
Foto: dok. Polres Garut
Batu besar sisa material longsoran masih menutup badan Jalan Garut-Pameungpeuk, Kabupaten Garut, Senin (2/3) sore.

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Jalan Raya Garut-Pameungpeuk di Kecamatan Cihurip, Kabupaten Garut, belum sepenuhnya terbuka hingga Senin (2/3) sore. Petugas di lapangan masih melakukan pengaturan lalu lintas agar kendaraan yang tersendat dapat melintasi jalur itu.

Kepala Satuan Lalu Lintas (Kasat Lantas) Polres Garut, AKP Asep Nugraha mengatakan, arus lalu lintas dari arah Cikajang menuju Pameungpeuk atau sebaliknya diberlalukan buka tutup. Sebab, material longsoran berupa batu besar masih menutup badan jalan. Baru satu lajur di jalan itu yang bisa dilintasi kendaraan.

"Situasi jalan Garut-Pameungpeuk dilaksanakan buka tutup. Namun material longsor belum bisa dievakuasi karena butuh alat berat yang bisa memecah batu," kata dia, Senin.

Menurut dia, petugas masih melakukan pengaturan di lokasi kejadian. Petugas juga masih menunggu alat berat untuk memecahkan batu yang dikirim oleh Dinas PUPR Kabupaten Garut ke lokasi kejadian.

Sebelumnya, bencana tanah longsor yang terjadi di Jalan Garut-Pameungpeuk kilometer 117 atau tepatnya di Kecamatan Cihurip, Kabupaten Garut, pada Senin sekira pukul 05.00 WIB. Batu besar sisa material longsoran menutup badan jalan dan membuat arus lalu lintas tersendat.

Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut, Tubagus Agus Sofyan mengatakan, jalan di wilayah selatan Kabupaten Garut memang cukup rawan terjadi longsor. Sebab, karakteristik geografis wilayah itu banyak berupa tebing, yang kemiringannnya dapat mencapai 60 derajat.

Agus mengatakan, untuk tanah longsor sebenarnya sudah diantisipasi dengan pemasangan bronjong atau membuat tembok penahan tebing. Namun, untuk bebatuan dinilai sulit lantaran berada di atas tebing.

"Pengikat batunya juga sudah tidak kuat. Batu-baru di atas itu jatuh. Ini faktor alam saja," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement