REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Generasi muda dari kalangan organisasi kemahasiswaan perlu lebih meningkatkan perannya dalam bidang pemberdayaan masyarakat, terutama di bidang sosial dan ekonomi. Melalui bidang ini, kontribusi mereka di tengah masyarakat akan semakin terasa, terutama dalam mewujudkan keadilan sosial dan ekonomi yang lebih baik lagi di masa datang.
“Jadi gerakan perubahan yang dilakukan mahasiswa tidak hanya di jalur politik, tapi juga di bidang sosial dan ekonomi, agar kontribusi generasi muda terhadap pembangunan Indonesia semakin nyata dan kian besar,” kata Wakil Ketua DPR, Rachmat Gobel dalam kuliah umumnya di depan anggota Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia (SEMMI) di Yogyakarta.
Dalam siaran pers yang diterima, Senin (2/3). Rachmat mengatakan, banyak potensi ekonomi yang belum tergarap secara optimal, seperti kegiatan ekonomi berbasis budaya. Dengan keragaman budaya dan tradisi Indonesia, potensi ekonomi di sektor ini sangat besar. Menurut data BPS, setidaknya ada sekitar 300 kelompok etnik yang ada di Indonesia, yang masing-masing mempunyai karakter budaya dengan kearifan lokalnya masing-masing.
“Budaya dan produk budaya ini sangat membutuhkan ide-ide kreatif, sehingga mempunyai nilai ekonomi, dan potensinya sangat besar. Banyak negara, seperti Jepang dan Korea Selatan berhasil mengembangkan tradisi dan budaya mereka menjadi bernilai ekonomi yang tinggi, dan potensi ini juga ada di Indonesia. Dan, yang tidak kalah penting, pengembangan ekonomi berbasis budaya ini juga bisa menjadi jalur yang efektif untuk pemerataan ekonomi,” kata Rachmat dalam kuliah umum yang bertajuk Menegakkan Keadilan Sosial dan Ekonomi dalam Semangat Rahmatan Lil Alamin.
Menurut Rachmat, untuk bisa lebih meningkatkan kontribusi nyata dalam pembangunan, organisasi kemahasiswaan perlu mendorong dan membantu peningkatan semangat kewirausahaan para anggotanya. Ini bisa dilakukan melalui reposisi orientasi generasi muda, yang sampai saat ini sebagian besar masih ingin menjadi pekerja. Merancang berbagai program kerja sama dan pelatihan dengan pelaku industri yang sudah mapan, adalah salah satu pilihan dalam upaya meningkatkan semangat kewirausahaan.
“Jadi kalangan mahasiswa perlu melakukan reposisi, untuk tidak lagi bercita-cita hanya mencari pekerjaan, tapi bagaimana menciptakan lapangan kerja. Ini membutuhkan semangat kewirausahaan yang tinggi,” kata Rachmat.