REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Akses jalan yang terdampak longsor di Kabupaten Garut belum sepenuhnya bisa dilalui hingga Senin (2/3) sore. Dari dua jalan yang terdampak, baru satu jalan yang dapat dilalui kendaraan roda empat.
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut, Tubagus Agus Sofyan mengatakan, untuk Jalan Pangalengan-Cisewu di Kecamatan Talegong sudah dapat dilalui kendaraan roda dua dan roda empat. Namun, sebagian badan jalan masih tertutup material longsoran. Karena itu, kendaraan harus bergantian melintas di wilayah itu.
Namun, untuk longsor yang terjadi di Jalan Garut-Pameungpeuk, Kecamata Cihurip, alat berat belum bisa membuka akses untuk kendaraan roda empat. "Alat berat tidak kuat. Baru bisa dilalui kendaraan roda dua," kata dia, saat dihubungi Republika, Senin.
Menurut dia, petugas di lapangan masih terus melakukan penanganan. Material berupa batu besar dinilai menyulitkan proses pembersihan.
Ia mengakui, jalan di wilayah selatan Kabupaten Garut memang cukup rawan terjadi longsor. Seban, karakteristik wilayah itu banyak berupa tebing, yang kemiringannya dapat mencapai 60 derajat.
Agus mengatakan, untuk tanah longsor sebenarnya sudah diantisipasi dengan pemasangan bronjong atau membuat tembok penahan tebing. Namun, untuk bebatuan dinilai sulit lantaran berada di atas tebing.
"Pengikat batunya sudah tidak kuat. Batu-batu di atas jadi jatuh. Ini faktor alam saja," kata dia.
Ia menilai, untuk penanganan di dua jalan itu sebenarnya Itu juga sebenarnya kewenangan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat (Jabar). Sebab, jalan yang terdampak longsor itu adalah jalan provinsi.
"Kita hanya melakukan penanggulangan. Karena dampaknya ke masyarakat Garut," kata dia.
BPBD, kata dia, hanya bisa melakukan sosialisasi dan memberi imbauan agar masyarakat yang melintas di wilayah itu lebih waspada dan hati-hati. Apalagi, ketika melintas wilayah itu pada musim hujan.