Senin 02 Mar 2020 11:28 WIB

Kasus Baru Corona Turun, Saham China Rebound, Yuan Menguat

Komisi Kesehatan China menyatakan, laporan kasus baru Corona menurun pada Ahad (1/3).

Petugas berpelindung lengkap berjalan di lobi Gedung Shanghai Stock Exchange. (ilustrasi)
Foto: AP
Petugas berpelindung lengkap berjalan di lobi Gedung Shanghai Stock Exchange. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Fergi Nadira B, Antara, Lida Puspaningtyas, Retno Wulandhari

Terjadi penurunan tajam atas laporan kasus baru Corona di China pada Ahad (1/3). Hal itu diketahui setelah pada Senin (2/3), Komisi Kesehatan China mencatat 202 kasus baru infeksi virus Corona pada Ahad (1/3) dibandingkan 573 kasus pada hari sebelumnya.

Baca Juga

Seperti dilansir Channel News Asia, angka terbaru ini membuat jumlah total kasus infeksi Corona yang dikonfirmasi di China daratan sejauh ini menjadi 80.026. Sementara korban meninggal di China secara keseluruhan pada data Ahad (1/3) mencapai 2.912, naik sebanyak 42 jiwa dari hari sebelumnya.

Sebanyak 42 kematian baru berada di Provinsi Hubei sebagai pusat wabah. Sementara sebanyak 32 berada di ibu kota Wuhan.

Wabah virus Coronaini telah menyebar dengan cepat tak hanya di Asia melainkan di negara-negara Timur Tengah, Eropa hingga Amerika Latin. Lebih dari 50 negara mengonfirmasi warga yang terinfeksi virus yang sudah dijadikan darurat internasional ini oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Puluhan kematian juga telah tercatat di luar China. Hal ini meningkatkan kekhawatiran negara-negara dalam upaya menangkal virus masuk.

Pada perdagangan Senin pagi, saham-saham China rebound dibuka lebih tinggi, setelah akhir pekan lalu turun tajam mengikuti kejatuhan pasar global ketika penyebaran virus Corona yang cepat meningkatkan kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi. Indikator utama Indeks Komposit Shanghai naik 0,66 persen menjadi dibuka pada 2.899,31 poin, sementara Indeks Komponen Shenzhen yang melacak saham-saham di bursa kedua China dibuka 1,23 persen lebih tinggi pada 11.115,46 poin.

Sementara itu, indeks ChiNext yang melacak saham-saham perusahaan sedang berkembang di papan bergaya Nasdaq China, naik 1,88 persen menjadi dibuka pada 2.110,45 poin.

Adapun, kurs tengah yuan China kembali menguat 255 basis poin menjadi 6,9811 terhadap dolar AS pada Senin, setelah naik 149 basis poin akhir pekan lalu, menurut Sistem Perdagangan Valuta Asing China (CFETS). Di pasar spot valuta asing China, yuan diperbolehkan naik atau turun sebesar dua persen dari tingkat paritas tengahnya setiap hari perdagangan.

[video] Virus Corona Pukulan Keras Bagi Pasar Ponsel Dunia

Merebaknya wabah dalam waktu singkat hingga membawa kematian dalam jumlah signifikan membuat ekonomi China hampir lumpuh. Pabrik-pabrik ditutup, produksi, ekspor dan impor China terganggu. Wabah Covid-19 memperlambatan ekonomi China.

Tekanan sangat dirasakan ekonomi China, terlihat di pasar saham yang memerah di awal perdagangan. Mobilitas di perkotaan di bawah rata-rata, konsumsi di batu bara menurun, penjualan properti juga di bawah historis, dan penjualan kendaraan terus merosot.

Apa yang terjadi di China ini kemudian berimbas kepada ekonomi global karena peran China yang sangat besar. Menurut pangsa global trade beberapa negara, China dulu hanya menempati porsi keenam di 4,8 persen pada tahun 2000.

Pada 2018, pangsa terhadap total perdagangan global China sudah mencapai posisi pertama sebesar 12,3 persen. Diikuti oleh AS sebesar 10,8 persen, Jerman sebesar 7,2 persen, Jepang 3,9 persen, Belanda 3,3 persen. Indonesia sendiri berada di posisi 28 dengan pangsa 1 persen.

Menurut Survei Amcham, output menurun dipengaruhi penurunan permintaan dan gangguan rantai pasokan karena kekurangan tenaga kerja. Survei melibatkan 109 perusahaan Amerika dengan periode survei 11-14 Februari 2020.

Hasilnya, sebesar 48 persen produksi global sudah terdampak Covid-19. Terjadi 58 persen penurunan permintaan. Sebesar 78 persen responden melaporkan kekurangan staf, dan 30 persen mengalami kendala logistik.

Oleh karena itu, BI merevisi pertumbuhan ekonomi dunia dalam penilaian terbaru. Dari awalnya 3,1 persen menjadi 3,0 persen karena pengaruh Covid-19. Sejumlah negara telah merespons dengan penurunan suku bunga, dan program-program pelonggaran likuiditas pasar.

Direktur PT Anugerah Mega Investama, Hans Kwee, memperkirakan pertumbuhan global akan terpukul pada kuartal I tahun ini. Mengutip pernyataan lembaga pemeringkat Moody's, Hans mengatakan dampak virus corona akan memicu resesi global pada paruh pertama tahun ini.

"Kami perkirakan wabah virus Corona berhasil ditanggulangi tetapi pertumbuhan global pada kuartal pertama tahun 2020 pasati akan terpukul turun," kata Hans, Ahad (1/3).

Sebagian besar bursa global, regional dan Indonesia mengalami tekanan turun sepekan lalu. Indeks utama Wall Street tercatat merosot mulai dari Dow Jones turun 12 persen, Indeks S&P 500 turun 11,5 persen dan Nasdaq terkoreksi 10,5 persen. Menurut Hans, secara mingguan ini merupakan kinerja terburuk sejak 2008.

Hans menambahkan, kecemasan pelaku pasar terjadi karena penyebarana virus Corona saat ini tumbuh lebih cepat di luar China. Hal ini menimbulkan kekhawatiran pada pasokan barang dan permintaan konsumen turun lebih besar dari estimasi sebelumnya.

Bursa kawasan Eropa juga mengalami tekanan, seiring negara-negara kawasan Eropa yang juga mengalami penyebaran virus corona. Estonia, Denmark dan Yunani telah melaporkan kasus virus corona pertama mereka. Sementara Inggris melaporkan dua kasus baru.

Virus Corona juga di temukan di Austria, Swiss dan Spanyol. Bahkan Prancis mengkonfirmasi dua orang warganya meninggal akibat virus Corona. Sedangkan di Italia, sebanyak 600 orang warganya telah terinfeksi virus Corona dan 12 orang meninggal dunia.

Saat ini, ada lebih dari 83.700 kasus virus Corona di dunia. Sebanyak 2.859 orang dilaporkan meninggal karena virus tersebut. Pada Jumat lalu, beberapa negara mengumunkan kasus pertama mereka diantaranya Azerbaijan, Belarus, Lithuania, Meksiko, Selandia Baru dan Nigeria.

photo
Corona Mengguncang Perekonomian

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement