Ahad 01 Mar 2020 16:48 WIB

Empat Bus RSPAD akan Angkut 69 WNI Diamond Princess

WNI yang dievakuasi dari Diamond Princess akan tiba di Indonesia pada Ahad malam.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Andri Saubani
Petugas kesehatan bersiap menyemprotkan cairan disinfektan kepada WNI ABK Diamond Princess dan barang bawaan saat turun dari kapal di Yokohama, Jepang, Ahad (2/3/3030).
Foto: Antara/KBRI Tokyo
Petugas kesehatan bersiap menyemprotkan cairan disinfektan kepada WNI ABK Diamond Princess dan barang bawaan saat turun dari kapal di Yokohama, Jepang, Ahad (2/3/3030).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Sebanyak 69 awak kapal asal Indonesia yang sempat bekerja di kapal pesiar Diamond Princess dijadwalkan akan tiba di Bandara Kertajati, Majalengka, Jawa Barat pada Ahad (1/3) malam. Sebelumnya mereka menempuh perjalanan udara dari Bandara Haneda, Jepang.

Jumlah WNI yang dievakuasi bertambah satu orang, dari sebelumnya 68 orang. Satu WNI yang sebelumnya memilih tinggal, kini memutuskan ikut pulang ke Indonesia. 

Baca Juga

Setibanya di Kertajati pada pukul 22.30 WIB nanti, 69 WNI tersebut akan diangkut menggunakan empat bus milik RSPAD Gatot Subroto menuju Pelabuhan PLTU Indramayu, dengan perjalanan kurang lebih dua jam. Kemudian menggunakan KRI dr. Soeharso, seluruh WNI tersebut diantar menuju pulau Seberu Kecil, Kepulauan Seribu untuk dilakukan observasi selama 28 hari ke depan.

Kepala BNPB Letjen TNI Doni Monardo bersama Menko PMK Muhadjir Effendy akan mengecek kesiapan dan kemaanan Bandara Kertajati. "Selama proses evakuasi WNI dan kru pesawat dari turun pesawat sampai dengan pelabuhan PLTU Indramayu adalah tanggung jawab dari Kementerian Kesehatan," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Agus Wibowo, Ahad (1/3).

Pemerintah mencatat, WNI Diamond Princess terdiri dari 69 orang (67 pria dan dua wanita) dan 23 pendamping (11 kru Pesawat dan 12 tim medis). 69 WNI Diamond Princess akan bergabung dengan 188 WNI ABK World Dream yang sebelumnya sudah berada di Pulau Seberu Kecil, namun di lokasi terpisah.

Agus menyampaikan, seluruh peserta observasi mendapatkan makan tiga kali sehari dan juga fasilitas cottage, rumah sakit mini untuk memantau peserta observasi, tempat tidur di setiap kamar, kamar mandi, pendingin ruangan, hiburan TV, karaoke, peralatan olahraga, hingga mesin cuci. Pulau Sebaru Kecil pun dilengkapi Base Transceiver Station (BTS) dari Telkom untuk memudahkan peserta observasi terhubung dengan keluarganya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement