Jumat 28 Feb 2020 21:16 WIB

Pembangunan TOL Yogyakarta, Prioritaskan Masyarakat Lokal

Ada dampak sosial dari pembangunan TOL

Rep: wahyu suryana/ Red: Hiru Muhammad
ilustrasi. Pengendara sepeda motor masuk ke Jalan Tol Akses Tanjung Priok untuk menghindari banjir di Jakarta Utara, Senin (24/2).
Foto: Republika/Prayogi
ilustrasi. Pengendara sepeda motor masuk ke Jalan Tol Akses Tanjung Priok untuk menghindari banjir di Jakarta Utara, Senin (24/2).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kepala Pusat Studi Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (PSDK) Universitas Gadjah Mada (UGM), Hempri Suyatna mengatakan, pembangunan TOL di Yogyakarta memiliki untung dan rugi. Khususnya, bagi masyarakat sekitar TOL.

Jika dilihat dari keuntungannya tentu pembangunan TOL jelas akan menambah atau mempercepat aksesibilitas dan mobilitas warga. Hempri berharap, roda pertumbuhan ekonomi di daerah sekitar berjalan cepat.

"Tapi, dampak ekonominya, selama ini memang jarang terekspos berapa petani-petani yang harus tergusur tanahnya, berapa warung-warung kelontong atau UMKM yang harus tergusur," kata Hempri kepada Republika, Jumat (28/2).

Terlebih, di rest area di Indonesia selama ini yang sering muncul tidak lain waralaba asing. Artinya, tidak pernah terlihat porsi besar bagi ekonomi lokal untuk eksis di sana.

Hempri menekankan, ada dampak sosial dari pembangunan TOL nanti. Sebab, orang-orang yang akan menuju daerah-daerah (TOL) itu tadinya dekat, sekarang mereka harus menyeberang jalan dengan cara memutar sangat jauh.

Dari satu sisi, ia menilai, pembanguna TOL akan mengurangi intensitas interaksi sosial di antara warga masyarakat. Pasalnya, akan ada jarak yang memisahkan atau menghalangi lokasi-lokasi yang dibangun TOL tersebut.

"Sebab, yang tadinya menyeberang hanya lima menit, sekarang karena TOL harus memuter di pintu ke luar TOL, misalnya, ini yang sbeenarnya jadi dampak dari sisi sosial," ujar Hempri.

Kehadiran pengangguran, orang-orang yang tergurus tanahnya atau warung kelontongnya harus diantisipasi. Sehingga, ketika masalah-masalah itu terasa dampaknya sudah ada solusi untuk diaplikasikan. "Saya lihat belum terlihat bagaimana cara mengantisipasinya, dan kemarin itu kita belum tahu apakah di Yogyakarta ada rest area atau tidak," ujar Hempri.

Menurut Hempri, itu sangat penting diantisipasi karena pelaku-pelaku ekonomi lokal harus mendapat manfaat dari pembangunan TOL. Apalagi, jika Yogyakarta akan ada rest area, harus bisa dikelola pelaku-pelaku ekonomi lokal. "Dikelola warung-warung lokal, Bumdes-Bumdes, atau koperasi-koperasi yang bisa menjadi pilar wadah untuk pertumbuhan ekonomi masyarakat," katanya.

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement