Jumat 28 Feb 2020 13:39 WIB

Bagaimanakah Virus Corona Nanti akan Berakhir?

Upaya menahan penyebaran virus corona diyakini akan sulit.

Warga bermasker melintasi Museum Olimpiade di Tokyo, Ahad (23/2). Pemerintah Tokyo mengimbau penyelenggara menunda segala bentuk perayaan budaya dan acara olahraga untuk mengantisipasi penyebaran virus corona.
Foto: AP Photo/Jae C. Hong
Warga bermasker melintasi Museum Olimpiade di Tokyo, Ahad (23/2). Pemerintah Tokyo mengimbau penyelenggara menunda segala bentuk perayaan budaya dan acara olahraga untuk mengantisipasi penyebaran virus corona.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Indira Rezkisari, Kamran Dikarma, Antara

Sejak pertengahan Desember 2019, gejolak virus corona jenis baru atau Covid-19 belum juga mereda. Ketika laporan akan kasus baru corona di China menurun, di belahan dunia lainnya muncul kasus-kasus perdana corona.

Baca Juga

Sementara itu belum ada kepastian, kapan dunia medis menghasilkan obat bagi corona. Atau kapan merebaknya corona ini akan berakhir?

Pakar mengatakan ada sebuah kemungkinan corona bisa berakhir ketika sudah cukup banyak ada kelompok orang yang membentuk imunitas. Imunitas itu bisa terbentuk dari infeksi atau vaksinasi.

Kemungkinan lain adalah virus akan terus bersirkulasi dan dan membentuk dirinya sebagai virus pernapasan biasa.

"Sangat mungkin kalau virus ini akan menyebar secara mendunia," kata Aubree Gordon, profesor bidang epidemiologi di Universitas Michigan, dikutip dari Livescience, Jumat (28/2). "Kita masih memiliki peluang untuk menahannya, tapi jendela itu agaknya mulai tertutup."

Wabah corona sudah memenuhi dua kriteria pandemi. Yaitu Covid-19 ini bisa menginfeksi manusia dan menyebabkan penyakit, serta bisa menyebar dari satu orang ke orang lain. Ketika virus mulai menginfeksi komunitas di lebih banyak negara, maka akan sangat muncul kteria pandemi ketiga terpenuhi. Yaitu penyebaran virus yang mendunia.

Sebanyak 95 persen kasus Covid-19, penyakit yang disebabkan oleh SARS-CoV-2, berada di China daratan. Namun peningkatan kasus berlanjut ke negara lain, seperti Korea Selatan, Iran, Italua, Singapura, Taiwan, Thailand dan Jepang.

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Here are some facts about the #2019nCoV #MythBusting #KnowTheFacts

A post shared by World Health Organization (@who) on

Pada Rabu (26/2), CDC mengumumkan kemungkinan adanya 'community spread' virus corona di Kalifornia utara. Disebut 'community spread' karena pasien yang positif corona tidak terkait dengan kawasan yang sudah positif corona warganya.

Cara terbaik untuk mengontrol atau memperlambat pertumbuhan virus adalah melakukan langkah containment, seperti karantina atau pembatasan travel, ujar Gordon. Karena itu sudah terjadi upaya di banyak negara dunia untuk menyetop penyebaran virus. Beberapa upaya, seperti karantina Diamond Princess, namun dipandang kurang berhasil.

Upaya menahan penyebaran virus memang diyakini Gordon akan sangat sulit. Ada beberapa alasannya. Virus corona menyebar sangat mudah. Dalam kebanyakan kasus Covid-19 tidak parah dan karenanya sulit diidentifikasi. Virus ini juga memiliki periode inkubasi yang lama. Gordon mengatakan, periode lama itu dari ketika seseorang terinfeksi hingga saat gejalanya akhirnya muncul.

Periode karantina yang 14 hari, didasarkan pada studi awal yang menyarankan masa tersebut adalah masa terlama inkubasi virus. Tapi ada bukti kalau periode inkubasi bisa lebih lama.

Sebagai contoh, media lokal melaporkan di Hubei, China, ada seorang pria 70 tahun yang terinfeksi corona. Ia tidak merasakah gejala apapun sampai 27 hari setelah infeksi.

Penyebaran corona yang sudah merebak ke enam benua membuat WHO mengingatkan seluruh negara untuk bekerja keras mencegah penyebaran corona. Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia Tedros Adhanom Ghebreyesus memperingatkan tak boleh ada kesalahan fatal dengan berasumsi bahwa wabah tidak akan berdampak atau muncul di negaranya.

"Apakah kita salah atau benar, ada di tangan kita. Setiap negara harus siap untuk kasus pertamanya, kelompok pertamanya, bukti pertama transmisi komunitas, dan untuk menangani transmisi komunitas berkelanjutan. Ini adalah empat skenario," kata Tedros, dikutip laman UN News.

Dia menekankan semua negara harus siap menghadapi dan menangani keempat skenario tadi. "Tidak ada negara yang berasumsi ia tidak akan memperoleh kasus. Itu bisa menjadi kesalahan fatal, secara harfiah. Virus ini tidak menghormati perbatasan," ujarnya.

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by World Health Organization (@who) on

Tedros mengungkapkan dalam 24 jam terakhir, terdapat tujuh negara yang melaporkan kasus Covid-19 pertamanya. Mereka adalah Brasil, Georgia, Yunani, Makedonia Utara, Norwegia, Pakistan, dan Rumania. "Jika Anda bertindak agresif sekarang, Anda dapat menahan virus ini," kata dia.

"Anda dapat mencegah orang sakit, Anda bisa menyelamatkan nyawa. Jadi saran saya untuk negara-negara ini adalah bergerak cepat," ujar Tedros menambahkan.

Berdasarkan laporan situasi harian resmi WHO per tanggal 27 Februari 2020 yang dikutip di Jakarta, Jumat, total kasus Covid-19 secara global mencapai 82.294 dengan 1.185 penambahan kasus baru. Kasus Covid-19 di luar China untuk kedua kalinya melampaui kasus baru di China pada Kamis, bahkan dengan jumlah yang lebih banyak. Dari total 1.185 kasus baru secara global, 439 kasus baru di antaranya berasal dari China dan 746 kasus lainnya berasal dari 46 negara di luar China.

Total kasus keseluruhan di China mencapai 78.630 kasus dengan 2.747 kasus kematian (29 kematian baru). Sementara itu, secara global terdapat 3.664 kasus secara total di 46 negara dengan total 57 kematian (13 kasus kematian baru).

Di kawasan Pasifik Barat, kasus terbanyak terjadi di Korea Selatan (1.766) dengan 505 kasus baru, Jepang (186) dengan 22 kasus baru, Singapura (93) bertambah dua, Australia (23), Malaysia (22), Vietnam (16), Filipina (3), Kamboja (1). Untuk wilayah Asia Tenggara, yaitu Thailand (40), India (3), Nepal (1), Sri Lanka (1), tanpa ada penambahan kasus baru.

Penyebaran di Benua Amerika terjadi di Amerika Serikat (59) bertambah enam kasus, dan Kanada (11) bertambah satu, dan Brasil (1). Wilayah Eropa paling banyak di Italia (400) bertambah 78 kasus, Jerman (21) bertambah tiga, Prancis (18) bertambah enam, Inggris (13), Spanyol (12) bertambah 10, Austria (2), Israel (2), Rusia (2), Finlandia (2) bertambah satu, Swedia (2) bertambah satu, Belgia (1), Denmark (1), Estonia (1), Georgia (1), Yunani (1), Makedonia Utara (1), Norwegia (1), Rumania (1), dan Swis (1).

Untuk wilayah Timur Tengah, kasus infeksi Covid-19 paling banyak dilaporkan terjadi di Iran (141) dengan penambahan 46 kasus baru, Kuwait (43) bertambah 31 kasus, Bahrain (33) bertambah tujuh kasus baru, Uni Emirat Arab (13), Irak (6) bertambah satu kasus, Oman (4), Lebanon (2) bertambah satu, Pakistan (2), Afghanistan (1), dan Mesir (1). Untuk wilayah Afrika, Aljazair dengan satu kasus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement