REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat telekomunikasi, Heru Sutadi menilai ada nuansa perbaikan perhatian dari Kementerian BUMN kepada PT Telkom. Pada era sebelumnya, menurutnya Telkom hanya dipandang sebagai mesin pencetak keuntungan tanpa diperhatikan strategi bisnis dan pembinaannya.
Kini di tangan Menteri BUMN Erick Thohir yang dalam beberapa pernyataannya masuk pada strategi bisnis Telkom, diharapkan ada perbaikan perhatian pada perusahaan telekomunikasi terbesar milik Indonesia itu.
"Dari nuansa dan narasinya (Kementerian BUMN) perbaikan (perhatian pada Telkom), tapi perlu dilihat bagaimana faktanya. Kita sih semua berharap Telkom sebagai Indonesia flag carrier tetap maju dan eksis. Bahkan bisa menjadi holding untuk perusahaan telekomunikasi dan multimedia," ujar Heru, Rabu (26/2).
Menurutnya, harapan Erick Thohir bahwa Tekom bergerak ke arah bisnis digital sebenarnya sejalan dengan strategi yang sudah dan sedang digalakkan PT Telkom. Namun, kata Heru, pada masa sebelumnya usaha ini tak didukung dengan perhatian. Ini terlihat dengan komposisi yang mengisi jajaran direksi dan komisaris Telkom di masa lalu.
Heru mengaku optimistis apabila jajaran direksi dan Komisaris Telkom kelak memang diisi orang-orang yang bisa mendukung perusahaan bergerak ke ranah cloud computing, big data, dan teknologi mutakhir lain.
"Ya kita lihat saja nanti ke depan kan akan RUPS. Akankah cara pandang pemerintah sama dengan sebelumnya atau berbeda. Dari nuansa dan narasinya perbaikan," kata Heru.
Dia pun optimistis, dengan kepedulian dari Kementerian BUMN, Telkom akan mampu menjawab sentilan yang sebelumnya pernah dilontarkan Erick Thohir tentang pendapatan induk perusahaan yang kalah dibanding anak perusahaan mereka, yakni Telkomsel. "Kalau petinggi Telkom dan BUMN punya strategi jitu, dalam dua tahun pendapatan Telkom bisa menyamai Telkomsel sebenarnya," katanya optimistis.
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir sempat menyentil kinerja PT Telkom. Pernyataan sang menteri sempat viral ang menyatakan "mendingan enggak ada Telkom." Pernyataan itu dianggap sebagai sentilan bagi manajemen Telkom untuk membangun blantika masa depan agar seirama dengan kemajuan zaman.
Telkom dinilai harus fokus dan segera menggarap jasa berbasis teknologi dan informasi digital. Lebih dari separuh nafas Telkom Group masih tergantung pada Telkomsel. Kalkulasinya Telkomsel dengan 5.500 karyawan mengkontribusi pendapatan 70 persen. Sisanya yang 30 persen diperoleh dari Telkom bersama 20-an anak perusahaannya dengan 22.000 karyawan.
Walhasil, pernyataan Erick Thohir dinilai sebagai usaha mencambuk jajaran PT Telkom untuk bangkit dan merebut kesempatan bersaing di dunia telekomunikasi mutakhir yang dinamis. Erick berpesan Telkom harus secepatnya bertransformasi dari core bisnis eksistingnya, yaitu infrastruktur dan konektivitas dan beralih ke bisnis data center, big data, cloud computing, AI, IoT, robotics, cyber security, dan lain sebangsanya.
Menurut Heru, Telkom sejatinya sudah memiliki pondasi untuk bersaing ke bisnis cloud computing dan pengelolaan data. "Sebenarnya Telkom sudah memberikan layanan ke sana. Misal membangun data center, bahkan bukan cuma di Indonesia tapi juga di Singapura. Sudah memanfaatkan big data, ya meski memang monetisasi tidak mudah. Cloud computing juga persaingan tajam karena juga banyak yang memberikan layanan dan bisa lebih murah," kata dia.
Namun lagi-lagi semua butuh sinergi dari seluruh pihak untuk meraih kesuksesan di bisnis telekomunikasi paling mutakhir. Sebab ranah bisnis ini begitu luas dan dinamis. Karenanya, langkah Kementerian BUMN yang memberi perhatian pada sektor bisnis telekomunikasi diharap akan membantu membawa angin perubahan bagi masa depan yang lebih baik di PT Telkom.