Rabu 26 Feb 2020 16:38 WIB

Corona Ancam Kepastian Olimpiade Tokyo

Kepastian berlangsungnya Olimpiade Tokyo diputuskan 2-3 bulan lagi.

Turis mengenakan masker berfoto dengan latar logo Olimpiade di Odaiba, Tokyo, Jepang, Rabu (29/1). Olimpiade Tokyo terancam batal akibat virus corona yang kian meluas.
Foto: AP
Turis mengenakan masker berfoto dengan latar logo Olimpiade di Odaiba, Tokyo, Jepang, Rabu (29/1). Olimpiade Tokyo terancam batal akibat virus corona yang kian meluas.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Puti Almas, Antara

Olimpiade Tokyo 2020 terancam batal akibat wabah virus corona yang berdampak pada Jepang. Menurut seorang anggota senior Komite Olimpiade Internasional (IOC), pembatalan langsung pagelaran ini menjadi salah satu pilihan jika situasi dinilai dapat sangat membahayakan, dibandingkan dengan menunda maupun relokasi acara.

Dick Pound, mantan atlet renang asal Kanada yang menjadi anggota IOC sejak 1978 mengatakan ada waktu dalam dua hingga tiga bulan untuk menentukan keputusan pelaksanaan Olimpiade Tokyo. Olimpiade tersebut dijadwalkan digelar pada 24 Juli hingga 9 Agustus mendatang. Ini berarti keputusan dapat diberikan hingga akhir Mei.

“Dalam sekitar watu itu saya akan mengatakan kepada orang-orang, apakah situasi berada dalam kendali, sehingga kami dapat yakin untuk menuju ke ke Tokyo atau tidak,” ujar Pound dalam sebuah wawancara, dilansir The Guardian, Rabu (26/2).

Menurut Pound, saat waktu olimpiade semakin dekat, banyak hal yang mungkin terjadi. Persiapan keamanan, makanan, hingga lokasi-lokasi desa olimpiade dan hotel menjadi yang utama.

Banyak orang, termasuk media yang berada di sana. “Jika IOC melihat olimpiade tidak dapat maju seperti yang dijadwalkan di Tokyo, mungkin pembatalan dilakukan,” kata Pound.

Sebelumnya, tiga kasus terbaru virus corona jenis atau Covid-19 dikonfirmasi di Jepang pada Selasa (25/2). Kasus ini melibatkan orang-orang yang melakukan latihan di gym di Chiba. Kota ini menjadi tuan rumah dari olimpiade di canag olahraga taekwondo, gulat, selancar, serta empat acara Paralimpiade.

Perhelatan olahraga di seluruh Jepang yang seharusnya dilaksanakan dalam waktu dekat juga dibatalkan karena wabah virus corona. Seperti ajang sepakbola J-League telah ditunda hingga 15 Maret, mendatang. Kemudian, Tim U-23 dari Afrika Selatan menarik diri dari pertandingan persahabatan di Kyoto yang seharusnya berlangsung pada 22 Februari lalu.

Selain olahraga profesional, banyak kompetisi lokal, pertandingan antar sekolah dan turnamen seni bela diri ditunda atau dihentikan. Tokyo Marathon yang akan digelar pada pekan ini dilaporkan hanya menampilkan beberapa ratus atlet elite, dengan hampir 38.000 peserta mengatakan mereka membatalkan partisipasi.

Wabah virus corona jenis baru yang dimulai di Wuhan, Ibu Kota Provinsi Hubei, Cina pada dua bulan lalu telah menginfeksi lebih dari 80.000 orang di seluruh dunia, menimbulkan lebih dari 2.700 kematian, yang sebagian besar terjadi di Negeri Tirai Bambu. Tetapi corona telah menyebar secara global, seperti di Korea Selatan (Korsel), Timur Tengah dan Eropa, meningkatkan kekhawatiran akan pandemi.

Jepang telah melaporkan empat kematian akibat virus corona jenis baru hingga saat ini. Beberapa perusahaan terbesar di negara itu, termasuk Sony, Takeda Pharmaceuticals dan raksasa telekomunikasi NTT, memberi tahu staf untuk bekerja dari rumah.

Banyak yang berencana untuk memperkenalkan telework selama Olimpiade untuk mengurangi tekanan pada transportasi umum, tetapi sekarang melakukannya untuk menghindari risiko kontaminasi pada kereta di Tokyo yang padat. Selama sejarah olimpiade, pembatalan acara pernah dilakukan hanya satu kali, yaitu pada 1940 karena perang Jepang dan China, serta Perang Dunia II.

Sebelumnya, olimpiade di Rio De Janeiro, Brasil pada 2016 sempat dibayangi ketakutan karena berjangkitnya virus Zika. Namun, perhelatan tetap dilangsungkan dan tak ada laporan kasus infeksi dari seluruh atlet yang ikut serta. Namun, Pound mengatakan keputusan ditentukan dengan diskusi lebih dulu bersama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Bayang-bayang corona memang sudah sejak beberapa lama mengembuskan isu dibatalkannya Olimpiade, atau dipindah ke negara lain. London kemudian disebut sebagai salah satu kota yang siap menjadi tuan rumah Olimpiade 2020 jika wabah virus corona memaksa Olimpiade dipindahkan dari Tokyo.

Shaun Bailey, calon wali kota London dari Partai Konservatif, seperti dikutip Reuters, Kamis (20/2), mencicit kalau London bisa jadi pilihan. Alasan dia, London sudah pernah menggelar Olimpiade di 2012, Bailey menyatakan kota ini tempat yang paling tepat sebagai pengganti Tokyo seandainya terpaksa dipindahkan.

"Kami memiliki infrastruktur dan pengalaman. Dan karena wabah #coronavirus, dunia mungkin membutuhkan kami untuk maju," kata dia via Twitter. "London bisa menjadi tuan rumah #Olympics pada 2020."

Sebenarnya warga Jepang tidak memiliki antusiasme tinggi menghadapi Olimpiade. Dalam sebuah survei ditemukan tak sampai 40 persen saja penduduk Jepang yang berminat menonton acara Olimpiade Tokyo atau Paralimpik, menurut jajak pendapat yang dilakukan oleh media Jepang Jiji Press.

Menurut survei, 9,2 persen warga yang ditanya mengatakan mereka pasti akan menonton pembukaan, penutupan, atau kompetisi di Olimpiade atau Paralimpik. Sementara 27,4 persen menyebut akan menghadiri perhelatan olahraga akbar itu jika memungkinkan.

Angka yang bila ditotal mencapai 36,7 persen itu turun lagi survei bulan Juli tahun lalu yang mencapai 37,1 persen. Tahun 2018 survei yang sama dibuat dan angkanya mencapai 45,6 persen.

Sebanyak 62,8 persen warga Jepang mengatakan tidak ingin menghadiri acara Olimpiade. Rinciannya termasuk 23,2 persen yang mengatakan akan menonton sama sekali agenda apapun secara langsung dan 39,5 persen yang mengatakan tidak ingin menghadiri acaranya sama sekali.

Ketika ditanya alasannya, beragam jawaban diberikan. Sebanyak 70 persen mengungkap mereka cukup puas dengan menonton dari televisi atau media lain. Sedangkan 38,5 persen mengatakan arena pertandingan terlalu jauh untuk didatangi dan 22 persen tidak ingin datang karena kuatir tentang heatstroke akibat suhu panas bulan Juli.

Rendahnya minat melihat langsung pertandingan olahraga diduga akibat kekhawatiran terkait corona. Baru 1,3 persen responden survei saja yang mengatakan sudah memenangkan undian tiket Olimpiade dan Paralimpik.

Kelompok besar lainnya, sebanyak 69,9 persen, mengatakan mereka tidak berminat membeli tiket. Diikuti oleh 15,8 persen responden yang memilih tidak ikut undian dan belum memutuskan apakah nanti akan membeli tiket.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement