Rabu 26 Feb 2020 14:40 WIB

Pemred Republika Ajak Berbagai Pihak Konsumsi Berita Baik

Popularitas bisa menjadi modus konten berita bohong atau hoaks.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Agus Yulianto
Pemimpin Redaksi Republika Irfan Junaidi menyampaikan materi saat sesi diskusi panel di Gedung RRI, Jakarta, Rabu (26/2).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pemimpin Redaksi Republika Irfan Junaidi menyampaikan materi saat sesi diskusi panel di Gedung RRI, Jakarta, Rabu (26/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemimpin Redaksi Republika Irfan Junaidi mengatakan, saat ini, media mainstream memiliki lawan yang tangguh dengan algoritma media sosial.

"Media sosial bisa menyajikan atau tidak menyajikan suatu konten informasi tertentu untuk kita. Sementara itu, masyarakat pengguna percaya sepenuhnya kepada kejujuran platform media sosial. Di sinilah pentingnya menelaah algoritma media sosial. Pemerintah perlu hadir untuk melindungi masyarakat,"ujar dia, Rabu (26/2).

Irfan berharap, semua pihak dapat mengampanyekan etika jurnalistik. Dengan adanya algoritma media sosial, kata dia, sulit bagi masyarakat untuk melihat benar dan salah dalam suatu berita. 

Berbagai platform media sosial umumnya mengandalkan pendapatannya dari iklan. Algoritmanya dirancang agar pengguna mendapat informasi yang relevan dengan profil pengguna. 

Dikatakan Irfan, konten di media sosial yang banyak pengunjungnya, bisa menjadi sumber pendapatan bagi pengunggahnya. "Popularitas yang mendatangkan iklan ini bisa menjadi modus konten yang berkaitan dengan berita bohong atau hoaks," ujarnya. 

Sekali seseorang mengunjungi suatu konten, dia akan diberi saran tautan konten lain yang sejenis dan relevan oleh algoritma media sosial tersebut. Masalahnya, jika seorang pengguna mengunjungi konten yang dianggap negatif, dia akan diberi saran tautan yang relevan dengan konten negatif tersebut. Dia akan terjebak dalam pusaran konten dan informasi sejenis.

"Perlunya pemerintah dan semua pihak terkait untuk mengedukasi masyarakat agar dapat mengkonsumsi informasi benar yang ada media sosial," ucap dia.

Republika sebagai media nasional juga terus melakukan klarifikasi ulang terhadap setiap berita yang masuk sebelum menyajikannya kepada masyarakat. Reporter selalu diarahkan untuk berpikir logis ketika mendapatkan suatu berita sehingga dapat terhindar dari pemberitaan berita palsu atau berita bohong.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement