Rabu 26 Feb 2020 13:29 WIB

Siang Ini, KRI Soeharso Jemput WNI dari Kapal World Dream

Proses pemindahan WNI dimulai pukul 12.00 WIB dan akan berlangsung beberapa jam.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Ratna Puspita
Kapal rumah sakit KRI dr Soeharso. Sebanyak 188 awak asal Indonesia yang sempat bekerja di atas kapal pesiar World Dream mulai dievakuasi oleh KRI dr Soeharso milik TNI AL, Rabu (26/2) siang ini.
Foto: Didik Suhartono/Antara
Kapal rumah sakit KRI dr Soeharso. Sebanyak 188 awak asal Indonesia yang sempat bekerja di atas kapal pesiar World Dream mulai dievakuasi oleh KRI dr Soeharso milik TNI AL, Rabu (26/2) siang ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 188 awak asal Indonesia yang sempat bekerja di atas kapal pesiar World Dream mulai dievakuasi oleh KRI dr Soeharso milik TNI AL, Rabu (26/2) siang ini. Pertemuan antara kapal TNI AL dan kapal World Dream dilakukan di Teluk Durian, Provinsi Kepulauan Riau, pada Rabu (26/2) pukul 12.00 WIB.

"Proses evakuasi kemanusiaan dari kapal ke kapal ini akan berlangsung beberapa jam, kemudian KRI Dr Soeharso akan berlayar ke pulau transit observasi, Pulau Sebaru Kecil di Kepulauan Seribu, Jakarta. Transit observasi minimal berlangsung 14 hari di bawah pengawasan Kemenkes RI sesuai protokol WHO," kata Juru Bicara Presiden, Fadjroel Rachman, Rabu (26/2). 

Baca Juga

Proses observasi selama 14 hari, ujar Fadjroel, memang mengikuti standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Kebijakan ini juga berlaku untuk WNI eks Provinsi Hubei, Cina yang juga sempat diobservasi di Natuna sejak awal Februari lalu.

Cara serupa juga akan berlaku bagi WNI dari kapal pesiar Diamond Princess yang masih berlabuh di Yokohama, Jepang, bila evakuasi terealisasi. "Tidak ada seorang pun yang akan ditinggalkan pemerintah dan itu keputusan politik yang sudah diambil oleh Presiden Joko Widodo," kata Fadjroel. 

Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menyebutkan pemerintah memang menjalankan prinsip kehati-hatian dalam menjemput para WNI. Pemerintah, ujarnya, menghindari munculnya episentrum baru virus korona di Indonesia.

"Jangan kita terburu-buru ambil keputusan, menjadi episentrum baru. Harga yang dipertaruhkan terlalu mahal. Kita kan dari green zone, green zone itu bukan prestasi, tetapi itu anugerah. Kalau itu jadi red zone, coba, Italia kayak apa?" kata Terawan. 

Menkes juga menjamin sembilan WNI yang dinyatakan pisitif virus korona di atas kapal Diamond Princess sudah dirawat dengan baik oleh otoritas kesehatan Jepang. Total, ada 78 WNI di atas kapal Diamond Princess yang menunggu keputusan evakuasi pemerintah. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement