Rabu 26 Feb 2020 11:31 WIB

Kemenkes Pastikan Kapal Penjemput WNI Sudah Berangkat

KRI dr Soeharso akan menjemput WNI yang jadi ABK di kapal pesiar World Dream.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Andi Nur Aminah
Kapal pesiar World Dream
Foto: Jerome Favre/EPA-EFE
Kapal pesiar World Dream

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Pihak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memastikan kapal KRI dr Soeharso sudah berangkat menuju Selat Durian, Riau untuk menjemput warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi Anak Buah Kapal (ABK) di Kapal Pesiar World Dream. "Kapalnya sudah berangkat. Kalau teknisnya silakan koordinasi dengan TNI AL. Tim kesehatan pasti ada di kapal tersebut," kata Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (26/2).

Namun, ia tidak menjelaskan lebih lanjut ada berapa tim kesehatan saat ini yang berada di kapal tersebut. "Yang pasti kalau tim kesehatan satu ada di kapal," kata dia.

Baca Juga

Sebelumnya diketahui, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) rencananya akan menjemput 188 warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi Anak Buah Kapal (ABK) pada Rabu (26/2) di Kapal Pesiar World Dream. Mereka akan menjemput WNI ABK di Selat Durian, Riau dengan menggunakan kapal KRI dr Soeharso. Nantinya, mereka akan dibawa dan dilakukan observasi terkait virus corona (Covid-19) di Pulau Sebaru Kecil, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.

"Ada tim kesehatan yang kami siapkan untuk melakukan pengecekan kondisi kesehatan mereka. Dari data yang kami punya, saat ini mereka dinyatakan negatif Covid -19,” kata Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto lewat konferensi video di Gedung Kemenkes, Jakarta Selatan, Selasa (25/2).

Sebelumnya, Pulau Sebaru Kecil merupakan tempat rehabilitasi narkoba. Bangunan tersebut sudah ada sejak 2008 yang diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Namun, hingga sekarang tempat tersebut tidak terpakai. Diketahui ada 10 orang yang merawat gedung tersebut.

Yurianto menambahkan bangunan tersebut berjumlah delapan tingkat. Di dalamnya semua terdapat 168 kamar. Di tempat tersebut juga terdapat sumber air yang dikelola secara baik.

Tempat tersebut dipilih untuk dilakukan observasi WNI karena jauh dari permukiman. Tidak ada sama sekali masyarakat yang tinggal di sana. Namun, hanya ada nelayan yang singgah sebentar setelah mencari ikan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement